Mengenang Alm Ustadz Jefri

Mengupas Strategi Komunikasi ‘Ustadz Gaul’

Oleh: Astri Dwi Andriani

Beberapa bulan yang lalu publik dikejutkan dengan berita wafatnya salah satu pemuka agama Islam ternama tanah air yakni Ustadz Jefri Al Buchori atau yang kerap disapa Uje.
Masih lekat di ingatan kita, pria yang memiliki sebutan Ustadz Gaul tersebut menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Jum'at --hari mulia bagi umat Islam-- dalam sebuah kecelakaan kendaraan bermotor.
Seketika publik digemparkan oleh kabar tersebut. Tak ingin ketinggalan, beragam media turut serta menyampaikan kabar duka tersebut. Mulai dari jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, hingga media massa seperti koran, majalah, televisi maupun radio.
Bahkan, hingga kini, beberapa statsiun televisi secara intens mengabarkan beragam hal yang menyangkut almarhum, dari mulai acara gossip, reality show, berita nasional, hingga sinetron yang dibintangi oleh keluarga dekat Uje sendiri.
Belum lagi respon yang sangat tinggi datang dari masyarakat. Melalui televisi, kita dapat menyimak ribuan orang berbondong - bondong mendoakan pria yang meninggalkan satu istri dan empat anak tersebut. Tidak hanya masyarakat biasa, beberapa kalangan atas seperti artis dan relasi almarhum dari luar negeri ikut melayat mengantarkan almarhum ke tempat peristirahatan yang terakhir.
Begitu tinggi antusiasme dari masyarakat atas kepergian Uje. Hal ini menunjukan bahwa betapa berartinya sosok pria yang akrab disapa Ustadz Gaul tersebut di mata masyarakat. Hingga tidak heran, ketika meninggal banyak yang merasa sedih dan kehilangan.
Selama hidup, Ustadz Jefri memang dikenal sebagai komunikator (orang yang menyampaikan pesan, red) yang ulung. Bahasanya mudah dimengerti dan perkataannya lembut dan penuh arti. Hal ini didukung oleh fisik beliau yang menarik dengan penampilan yang selalu modis dan trendi.
Konsep dakwah beliau sebetulnya sesuai dengan konsep komunikasi efektif yang kini tengah banyak digali oleh akademisi di bidang ilmu komunikasi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan ahli komunikasi Jalaluddin Rakhmat mengenai enam prinsip untuk komunikasi efektif.
Keenam prinsip tersebut adalah Qaulan Sadiida (perkataan yang jujur), Qaulan Baliighan (perkataan yang tepat sasaran), Qauilan Maisuran (perkataan yang lembut), Qaulan Ma’rufan, Qaulan Layyinan (perkataan yang enak didengar), dan Qaulan Kariman (perkataan yang halus). 
      Qaulan Sadiida 
Jika ditelisik lebih dalam, makna dari Qaulan Sadiida mengandung arti perkataan yang benar, jujur, konsisten, dan terkendali. Ada juga ahli yang berpendapat bahwa Qaulan Sadiida artinya terdapat kesesuaian antara ucapan yang dikeluarkan oleh lahir (mulut) dengan bathin (hati atau perasaan). Dengan begitu, ucapan yang disampaikan mudah-mudahan dapat menyejukan hati komunikan (orang yang menerima pesan, red).
Qaulan Baliighan 
Kata baligh berasal dari bahasa Arab berarti sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Ini tentunya merupakan tujuan utama dalam komunikasi, di mana komunikan dapat menerima informasi dengan baik dari komunikator. 
Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan atau komunikasi), maka baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki.
Adapun penjelasan Jalaluddin Rahmat tentang qaulan balighan mencakup 2 hal sebagai berikut :
a. Qaulan Baliighan terjadi bila lomunikator menyentuh khalayaknya pada hati dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya.
b. Qaulan Balighan terjadi bila komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otaknya.
Dengan demikian prinsip Qaulan Baliighan adalah prinsip berkomunikasi secara efektif dan tepat sasaran.
Penerapan prinsip ini membutuhkan cara pandang yang bijaksana dari komunikator. Sesuai dengan teori yang diungkapkan ahli komunikasi Wilbur Scramm mengenai komunikasi efektif. Menurutnya agar komunikasi dapat tepat sasaran, komunikator harus mampu menyesuaikan Frame of Reference (kerangka berfikir, red) dan Field of Experience (bidang pengalaman, red) yang dimiliki komunikan.
Maksudnya, komunikator harus piawai menyesuaikan isi pesan dengan kondisi komunikan atau masyarakat yang menjadi sasaran dari informasi. Kondisi yang dimaksudkan baik terkait dengan suasana, tempat, dan kondisi bathin seorang yang menjadi sasaran komunikasi.
Karena meskipun isi dari pesan yang akan disampaikan mengandung kebenaran dan bermanfaat bagi orang yang akan disampaikan, tetapi jika disampaikan dengan cara yang kurang efektif, maka akan mengakibatkan gagalnya tujuan komunikasi.
Qaulan Maisuran 
Qaulan Maisuran artinya ucapan yang lembut, baik dan pantas. Imam Al-Gazhali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa etika yang pantas untuk melakukan hubungan dengan masyarakat, antara lain :
a. Kasih Sayang (Al-Rahiim)
Sifat sayang kepada sesama manusia, terutama diantara manusia yang seagama dipandang tinggi dan digalakkan oleh Islam.
b. Benar
Seseorang hendaknya berlaku benar dalam perkataan dan perbuatan. Benar perkataan adalah menyatakan perkara yang benar dan tidak menyembunyikan rahasia kecuali untuk menjaga nama baik seseorang.
Qaulan Ma’rufan
Dalam prinsip ini terdapat konsep tanggungjawab individu dan kelompok untuk mempersiapkan generasi penerus agar menerima dan mengamalkan ajaran Islam. Sehingga generasi berikutnya dapat terus aktif menyebarkan ajaran Islam.
Qaulan Layyinan 
Yang dimaksud dengan Qaulan Layyinan adalah ucapan lembut atau halus sehingga enak didengar dan meresap ke dalam hati. Dalam menanamkan nilai-nilai, sangat perlu mempergunakan ucapan-ucapan yang lembut. Hal tersebut karena kata-kata yang lembut mampu menyentuh rasa dan kesadaran manusia yang lebih dalam yang letaknya bukan di otak tapi di hati.
Qaulan Kariman
Qaulan Kariman adalah ucapan yang halus dan lembut. Komunikasi ini pada dasarnya meliputi seluruh prinsip komunikasi efektif. Di mana dalam komunikasi Qaulan Kariman harus menampakkan sikap jujur, sopan, benar serta bermanfaat baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga melahirkan rahmat dari Allah SWT.
Selain komunikasi lisan (verbal), hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah komunikasi non lisan (non verbal). Bahkan, menurut catatan Kevin Hogan, Psy. D dari lembaga “Succes Dynamics Coorporation” Denmark hal penting dalam komunikasi adalah bahasa tubuh, sedangkan komunikasi lisan hanya sekedar pelengkap. Karena menurutnya, 60 % hingga 75 % dari semua komunikasi yang dilakukan sehari-hari adalah nonverbal.
Kevin Hogan menempatkan penampilan fisik atau pakai sebagai bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal utama. Dengan kata lain, penampilan fisik pakaian adalah bagian utama dair bahasa tubuh atau komunikasi nonverbal. Cara berpakaian kita bisa membuat oranglain percaya dan menyukai kita. Dengan begitu orang akan merasa nyaman dengan kita, sehingga komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.
Jika berkaca dari almarhum, Ustadz yang berkawan dengan Gugun Gondrong ini kerap tampil sangat modis dan trendi. Hal ini didukung, karena beliau merupakan brand ambasador (duta merek) baju Muslim pria karya perancang ternama Itang Yunaz.
Untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, bisa kita lakukan dengan cara mengenakan pakaian yang serasi, baik dari sisi warna maupun potongan. Selain itu kita juga dapat mencocokan bentuk busana yang akan kita kenakan sesuai dengan acara yang akan kita tuju. Apakah santai, semi formal, atau formal. Namun yang tidak kalah penting, pakaian harus tetap rapi, sopan, dan menutup aurat.
Penampilan yang baik juga dapat memberikan citra yang positif bagi komunikan kita. Jika dijaga, hal ini akan berdampak bagi Anda kaum profisional seperti presenter, humas, guru, PNS, dan pekerjaan lainnya yang kerap bertemu dengan khalayak banyak.
Selain penampilan gerak – gerik tubuh juga patut mendapatkan perhatian. Hal ini karena jika bahasa tubuh kita terkontrol dengan baik, maka akan membuat kita lebih menarik.
Salah satu hal yang menjadi acuan utama dalam berkomunikasi adalah kontak mata (eye contact). Masih lekat di fikiran kita, semasa hidupnya saat berceramah Uje selalu menebarkan pandangan pada audience (penonton). Begitu pun pada saat wawancara, Uje jarang menatap langsung kamera. Karena dia tengah berkonsentrasi menatap mata wartawan (yang mewawancarainya) yang berada di samping kamera.
Tidak hanya berguna pada saat kita bicara di depan umum, kontak mata juga sangat dianjurkan untuk dilakukan pada saat kita berbincang santai atau kondisi apapun yang memungkinkan kita berkomunikasi dengan orang lain.
Selain mata, yang bisa kita lakukan agar komunikasi berjalan dengan baik adalah tersenyum. Tersenyum santai akan menunjukan kehangatan dan kenyamanan Anda. Dengan memberikan senyuman akan menciptakan suasana menjadi positif. Hal ini juga menunjukan bahwa Anda tertarik dengan percakapan atau komunikasi yang dilakukan. Cemberut hanya akan membuat Anda tampak tegang dan angkuh. Hal ini sesuai dengan yang diwariskan Rasulullah SAW bahwa tersenyum adalah bagian dari sedekah dan ibadah.
Jika komunikasi yang Anda lakukan memungkinkan untuk berdiri, berdirilah dengan nyaman seperti apa yang kerap Uje lakukan. Punggung lurus dan kepala tegak. Ini menunjukan bahwa Anda nyaman dalam situasi. Jika Anda membungkuk, menunduk, dengan lengan berlipat di dada, akan memberikan kesan bahwa Anda lelah dan tidak tertarik.
Terakhir, pada saat berbincang atau berceramah, cobalah lontarkan candaan-candaan segar yang dapat mencairkan suasana. Seperti yang kita tahu, sosok suami dari Pipik ini memang sosok yang humoris yang kerap melontarkan candaan di mana pun berada.
Komunikasi sendiri merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia, karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Baik komunikasi dengan sesama manusia maupun dengan Allah SWT. Mudah – mudahan artikel ini dapat bermanfaat dan menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin.(*)


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer