*Rekam Jejak: Masa Pencarian Jati Diri Remaja
Oleh: Astri Dwi Andriani
Mengupas persoalan remaja memang sangat
menarik. Karena di usia remaja banyak persoalan kompleks yang terjadi, yang
tentunya akan menjadi awal pembentukan karakter di kehidupan yang akan datang.
Remaja sendiri berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence
mempunyai arti yang lebih luas lagi mencakup kematangan mental, emosional sosial,
dan fisik (Hurlock, 1992).
Pada masa ini sebetulnya remaja tidak
memiliki posisi yang jelas, karena tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak
juga ada di posisi dewasa. Masa remaja sendiri berlangsung antara umur 12
sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun untuk pria.
Menurut Kartono (1990), masa remaja dibagi
menjadi tiga fase. Yakni fase remaja awal (12 – 15 tahun), pertengahan (15 – 18
tahun), dan akhir (18 – 21 tahun).
Pada fase awal, remaja akan mengalami
perubahan jasmani yang sangat pesat. Hal ini diimbangi dengan perkembangan
intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat
besar. Pada masa ini, remaja tidak mau dianggap anak, namun dirinya belum bisa
meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu, pada masa ini para remaja
cenderung sering merasa kesepian, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, hingga
merasa kecewa.
Sedangkan pada masa pertengahan , remaja
mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap
pemikiran mendasar mengenai kehidupannya (filosofis). Pada masa ini, remaja
mulai miliki kemantapan dan percaya pada diri sendiri.
Selanjutnya, pada fase akhir, remaja sudah
mulai mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan memiliki
kecenderungan untuk hidup dengan pola yang telah ditentukannya sendiri. Remaja tersebut
mulai memahami arah dan menyadari tujuan hidupnya.
Remaja memang rentan terhadap hal-hal baru.
Mereka kadang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Alasan
utamanya, karena mereka masih dalam masa pencarian jati diri, sehingga ketika mereka
merasa nyaman dengan kondisi tertentu, maka akan mereka jalani dengan senang
hati.
Hal ini menjadi sasaran empuk kelompok
tertentu. Seperti geng motor asal Pekanbaru yang dipimpin oleh Mardirejo alias
Klewang yang sempat menggemparkan pemberitaan tanah air beberapa waktu lalu.
Seperti dilansir dari situs pemberitaan
online, jejak hitam pria yang disebut sebagai raja geng motor tersebut sudah terkenal. Mulai dari
pencurian, perampokan, penganiayaan, hingga pemerkosaan. Ironisnya, 500 pengikutnya
didominasi oleh usia remaja. Mereka tergabung sebagai anggota geng motor bernama
XTC, Sinchan (Sindikat Hantu Nekat), ARC (Academy Rush Community), Atiet Abang,
Street Demon, dan PK (Penjahat Kelamin).
Untuk menguji nyali, setiap anggota baru
harus berkelahi satu lawan satu hingga babak – belur. Pun setelah mereka resmi
masuk geng, mereka disuruh melakukan tindakan kriminal seperti perampasan,
perampokan, dan penganiayaan. Dalam putaran geng motor itu, juga beredar
narkoba dan seks bebas yang telah menjerat remaja yang sebagian berada di
bangku SMP.
Pergaulan yang salah menjadi salah satu
penyebab terjadinya kenakalan remaja. Diperlukan pendampingan serta pengawasan
serius dari berbagai pihak seperti keluarga, sekolah, maupun lingkungan
masyarakat.
Meski begitu, ada pula aksi positif yang ditorehkan
oleh remaja. Tidak hanya dalam bentuk prestasi di berbagai kejuaraan, tapi aksi
heroik yang dilakukan tiga siswa SMP
negeri Ciawi dalam menyelamatkan seorang gadis dari upaya pemerkosaan di Ciawi,
Bogor, beberapa waktu lalu.
Aksi tiga sekawan Abrurrahman Assegaf (13),
Ilham Maulana (13), dan Aziz (15) tersebut menuai banyak pujian dari berbagai
kalangan. Bahkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah memberikan
penghargaan terhadap aksi penyelamatan dengan penuh kesadaran tersebut.
Kejadian ini patut menjadi teladan bagi
para remaja. Terlepas dari semua itu, status remaja merupakan masa yang sangat
memerlukan pembinaan dan pemupukan jati diri, sebagai wahana untuk menumbuhkan
nilai, persepsi, dan sikap yang positif serta produktif dalam menjalani
lintasan hidup berikutnya.(*)
Komentar
Posting Komentar