Dongeng Dapat Optimalkan “Masa Emas” Anak (BEDTIME STORY 1/13)
BEDTIME STORY (1)
Dongeng Dapat
Optimalkan “Masa Emas” Anak
Oleh: Astri Dwi
Andriani
Pic by Google. |
Para ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa masa anak-anak adalah masa keemasan (the golden ages). Menurut Hidayah (dalam Habsari, 2017:21-23), anak usia balita sedang mengalami masa pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan otak dan kepala anak lebih cepat daripada pertumbuhan organ yang lain. Dilihat dari aspek perkembangan kecerdasan balita, banyak ahli mengatakan: (a) pada usia 0-4 tahun mencapai 50%; (b) pada usia 4-8 tahun mencapai 80%; dan (c) pada usia 8-18 tahun mencapai 100%. Suyadi (dalam Habsari, 2017:21-23) menjelaskan bahwa menurut para psikolog, masa kanak-kanak adalah masa yang penuh dengan imajinasi. Anak mempunyai daya imajinasi yang lebih beragam dari pada orang dewasa. Terlebih lagi ketika anak-anak bermain peran, yaitu memerankan tokoh dari sebuah cerita, maka imajinasinya akan menghidupkan daya fantasinya sehingga ia seolah-olah benar-benar menjadi sosok yang diperankannya tersebut. Selain itu, anak juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
Oleh karena
itu, orangtua perlu melatih kemampuan fisik dan kemampuan berpikir anak,
termasuk mengembangkan imajinasi anak. Merangsang rasa ingin tahu anak dapat
dilakukan dengan mengajak jalan-jalan, dan melihat gambar, membaca buku. Selain
itu, membacakan dongeng juga dapat merangsang rasa ingin tahu anak,
mengembangkan imajinasinya sekaligus mempelajari nilai-nilai karakter yang ada
dalam cerita dongeng.
Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.” Pembangunan karakter sudah menjadi amanat dalam
pendidikan dan menjadi kewajiban bersama untuk mewujudkan Indonesia yang
berakhlak, bermoral, dan beretika (Soelistyarini dalam Habsari, 2017:21-23).
Pembentukan
karakter anak memang tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat karena
membutuhkan proses panjang dalam waktu yang lama. Hal tersebut juga dilakukan
secara terus-menerus dengan menggunakan metode yang tepat dan efektif. Salah
satu cara menyenangkan yang dapat digunakan untuk membentuk karakter anak
adalah melalui dongeng.
Nilai-nilai
yang tertanam dalam dongeng membuat anak memiliki cita-cita (impian) untuk masa
yang akan datang. Penanaman nilai melalui dongeng adalah tindakan preventif
agar anak tidak terlalu terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik. Dengan
adanya nilai, maka anak dengan sendirinya menuju usia kreatif berdasarkan
tiruan yang telah tersimpan di dalam memorinya. Seseorang yang dalam masa
kanak-kanaknya diberikan dasar mengenai nilai-nilai kebaikan, maka ia akan
menerapkan nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-harinya, bahkan untuk masa
yang akan datang.
Di masa inilah
yang oleh beberapa psikolog dianggap sebagai masa penting untuk menjadikan si
Anak memiliki “konsep”. Konsep ini dapat berupa pengenalan mengenai istilah
benda-benda yang sedang dipikirkannya. (Hidayat, 2009:339) (*)
Komentar
Posting Komentar