Komunikasi Efektif (1)



Ciptakan Komunikasi Efektif di Dalam Kelas (1)
Astri D Andriani S Ikom
Alumni Fikom Universitas Putra Indonesia Cianjur 

pic: by google

Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya meneruskan nilai-nilai kebaikan yang ada di tengah masyarakat. Pendidikan sendiri berasal dari kata didik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didik atau mendidik merupakan upaya memelihara dan memberi latihan berupa ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. 

Kegiatan mendidik dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Bisa oleh seorang ibu kepada anaknya, kakak kepada adiknya, kakek kepada cucunya, maupun sesama teman sebaya. Bahkan mendidik dapat dilakukan oleh orang yang tidak saling mengenal (anonym), misalnya seorang ustadz memberikan tausiyah di televisi yang kemudian disimak dengan seksama oleh khalayak pemirsa.

Sedangkan pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dengan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Meskipun tidak pakem, pendidikan umumnya kerap dikaitkan dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilaksanakan di lembaga pendidikan baik formal, informal, maupun nonformal. Seperti sekolah, kursus, maupun kelompok diskusi tertentu.

Hingga saat ini, dalam KBM, guru atau pengajar kerap dianggap sebagai ‘nahkoda’ yang akan menentukan arah ‘kapal pembelajaran’ berlayar. Guru masih dianggap orang yang serba tahu dan serba benar. Maka dari itu, peran guru di lembaga pendidikan dasar dan menengah kerap mendominasi KBM.

Hal ini idealnya harus dapat memicu kreatifitas dan inovasi yang dimiliki pengajar untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. Sehingga proses informasi dapat disampaikan secara baik kepada para siswa.

Namun dalam prosesnya, terkadang komunikasi menjadi permasalahan tersendiri bagi sebagian  pengajar (guru) yang ada di Cianjur. Faktor persiapan materi ajar kerap dan proses penyampaian materi ajar kerap menjadi pemicunya.

Untuk mengatasi hal ini, tentunya dengan mempersiapkan silabus dan RPP secara matang dapat menjadi solusi yang efektif bagi para guru. Membaca selama 10 – 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai dapat menjadi tips yang efektif, karena ingatan guru akan materi yang akan dibawakan masih sangat segar.

Selain itu, keuntungan lain yang akan didapatkan adalah, guru dapat mengeksplor lebih jauh pengalaman maupun cerita terkait materi kepada peserta didik.

Untuk mengatasi masalah yang kedua, yakni proses komunikasi, guru bisa mengaplikasikan salah satu teori Wilbur Schramm, ahli komunikasi yang teorinya banyak diaplikasikan.

Dalam teorinya, Schramm mengemukakan bahwa komunikasi yang efektif dapat tercapai jika pesan yang disampaikan komunikator (orang yang menyampaikan pesan, red) dalam hal ini guru dapat diterima dengan baik oleh komunikan (orang yang menerima pesan, red) atau siswa.

Salah satu tips yang bisa dilakukan, menurut Schramm, komunikator harus mampu menyesuaikan Frame of Reference (kerangka berfikir, red) dan Field of Experience (bidang pengalaman, red) yang dimiliki komunikan.

Artinya, seorang guru harus piawai menyampaikan aneka materi pembelajaran yang telah ditetapkan dengan penyampaian yang dapat dimengerti dan dicerna oleh siswa. Misalkan ketika guru PKn harus menjelaskan isi Undang-undang kepada siswa SD, dirinya harus pandai mengaitkan dengan pemahaman dan fikiran siswa SD. Selain itu, guru juga dapat mengaitkan materi dengan pengalaman yang sekiranya pernah dialami oleh siswa SD.

Selain itu, bahasa yang disampaikan juga harus komunikatif, artinya dapat dimengerti oleh seluruh siswa, bahkan siswa dengan tingkat intelektual yang tidak terlalu baik.

Caranya,guru dapat menggunakan bahasa populis sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh penulis buku Ilmu Komunikasi Haris Sumandiria, MSi. Bahasa populis sendiri merupakan (bahasa yang tengah populer di kalangan siswa.

Guru juga dapat menggunakan bahasa tutur. Guru juga diimbau untuk menggunakan istilah teknis dan bahasa asing. Jika terpaksa, sebaiknya sang guru dapat menyampaikan pengertian kata tersebut kepada siswa.

Selain itu humor dan cerita juga dapat menjadi pemicu agar suasana di dalam kelas dapat selalu segar dan tidak monoton.(*)



Komentar

Postingan Populer