Penculikan Melalui Jejaring Sosial (2)


Antisipasi Penculikan Pelajar Melalui Jejaring Sosial (2)
Astri Dwi Andriani S Ikom
Alumni Fikom Universitas Putra Indonesia

pic by: google

Berdasarkan data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), sepanjang Januari hingga Oktober 2012, setidaknya terjadi 21 kasus penculikan yang berawal dari perkenalan korban dengan pelaku melalui situs jejaring sosial. Satu orang di antaranya tewas saat ditemukan oleh pihak keluarga. Oleh sebab itu, kasus semacam ini harus ditanggap serius oleh semua pihak.

Sebelumnya, publik terkejut atas kasus yang menimpa ASS (15) di Depok, Jawa Barat. Ia diculik oleh teman kenalannya di Facebook dan sempat mendapatkan pelecehan seksual. Rupanya, ASS menjadi korban penculik sindikat untuk keperluan seks komersial. ASS pun berhasil melarikan diri sebelum satu minggu disekap dan dibawa berpindah tempat agar tidak dapat ditemukan.

Dari beberapa paparan di atas, berikut ada beberapa tips mengantisipasi kejahatan dunia maya yang telah penulis rangkum dari berbagai referensi.

1) Orang tua mulai ikut bergabung dengan Facebook. Bertemanlah dengan anak Anda, tidak hanya di dunia nyata, tapi juga dunia maya. Jangan bersikap mengawasi secara tertang-terangan, sebab anak tidak menyukai itu. Bersikaplah cuek, tapi tetap memantau aktivitas online anak.

2) Beri pemahaman ke anak untuk tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal di Facebook maupun media sosial lainnya. Anak akan sulit percaya jika orangtua tidak pernah bergabung di Facebook, sebab akan menganggap orang tuanya gaptek (gagap teknologi). Maka tetap saja Anda harus bergabung ke Facebook lebih dulu.

3) Selalu update dengan berita-berita kasus kejahatan di dunia maya. Baik itu penculikan, penipuan, pencurian data, dan sebagainya. Bagilah informasi itu ke anak Anda, sehingga mereka juga tahu bahwa dunia maya tidak selalu aman.

4) Pelajari bagaimana mengatur setting privasi pada Facebook, dan media sosial lain, lalu ajak anak ikut melakukannya.

5) Selalu buka komunikasi yang baik dengan anak, agar mereka mau berbagi kepada orangtua mengenai siapa saja teman-teman Facebook-nya. Tekankan pada mereka untuk tidak mudah terpancing secara emosional dengan orang yang ditemuinya di internet. Sebab sekali saja mereka melibatkan emosi, akan mudah dipengaruhi pihak-pihak jahat.

6) Perlihatkan langsung ke anak jika ada berita kasus penculikan dan kejahatan lain yang menelan korban remaja, terutama yang dilakukan oleh teman Facebook. Dengan demikian mereka bisa percaya bahwa semua itu bukan karangan Anda semata, melainkan fakta yang sungguh terjadi.

7) Jangan terlalu detail memberikan informasi di bagian "INFO" seperti tanggal lahir dengan lengkap  (mungkin hilangkan tahunnya), alamat yang sebenarnya tidak usah dicantumkan, menjalin hubungan dengan siapa, dan lain-lain.

8) Hati-hati menulis di wall Facebook. Jangan menulis di wall hal-hal yang sifatnya pribadi atau sensitif, karena tulisan Anda akan di-broadcast ke seluruh teman-teman Anda dan akan menjadi permanen terpampang di wall teman Anda tsb. Gunakan fasilitas message (seperti e-mail) atau chat kalau ingin berkomunikasi secara pribadi. Ibaratnya, menulis di Wall berarti Anda sedang menulis di tembok pinggir jalan (semua orang akan bisa baca).

9) Sewaktu menambah teman, harap hati-hati dalam mengkonfirmasi. Re-check siapa yang merekomendasi atau siapa saja teman-teman bersamanya (common friends).(*)

Komentar

Postingan Populer