Pendidikan Indonesia Rendah
Peringkat Pendidikan Indonesia
Terendah di Dunia
Astri Dwi Andriani S Ikom
Alumni Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Putra Indonesia
pic: by google |
Seperti yang diulas BBC Indonesia,
sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan
tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem
pendidikan Indonesia berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil.
Tempat pertama dan kedua diraih oleh Finlandia dan Korea Selatan. Lalu diikuti
oleh tiga negara di Asia, yaitu Hong Kong, Jepang dan Singapura.
Sementara itu, Inggris hanya
menempati posisi keenam. Namun begitu, Inggris masih dianggap
sebagai sistem tunggal yang dinilai
memiliki predikat "di atas rata-rata". Karena peringkatnya lebih baik
dari Belanda, Selandia Baru, Kanada dan Irlandia.
Keempat negara itu juga berada di
atas kelompok peringkat menengah termasuk Amerika Serikat, Jerman dan Prancis.
Indonesia sendiri masuk menjadi negara yang peringkat kualitas pendidikan 10 terendah dunia di bawah Yunani, Rumania, Chile, Turki, Argentina, Kolombia, Thailand, Meksiko dan Brazil.
Survei yang dilaksanakan oleh The
Economist Intelligence Unit ini dilakukan terhadap 50 negara yang ada di dunia.
Peringkat itu memadukan hasil tes
internasional dan data seperti tingkat kelulusan antara 2006 dan 2010. Peringkat
kualitas pendidikan disusun berdasarkan keberhasilan negara-negara memberikan
status tinggi pada guru dan memiliki "budaya" pendidikan.
Perbandingan ini diambil berdasarkan
tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di berbagai bidang termasuk
matematika, sains, dan kesusasteraan serta memberikan sebuah gambaran yang
semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Tetapi tujuan utamanya adalah
memberikan pandangan multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan dan
menciptakan sebuah bank data yang akan diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson
bernama Learning Curve.
Berdasarkan pengamatan penulis, kabar ini mendapatkan komentar yang
dingin dari Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Wamendikbud) Musliar Kasim. Menanggapi hasil penelitian yang dilakukan oleh
firma pendidikan Pearson, Wamendikbud meminta kepada masyarakat agar tidak
mudah percaya begitu saja. Pasalnya, banyak bukti yang menunjukkan bahwa
pendidikan di Indonesia memiliki standar yang baik dan rutin berprestasi di
kancah internasional.
Meski begitu, menurut hemat penulis, pemerintah dan masyarakat Indonesia tetap terus berjuang demi meningkatkan mutu pendidikan di Tanah Air. Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Satu diantaranya adalah perhatian untuk peningkatan kesejahteraan guru. Karena jika guru telah dapat dijamin kesejahteraannya, maka dalam proses KBM di kelas pun akan berjalan dengan optimal.
Coba kita tengok nasib guru atau honorer yang
mengajar di sekolah atau universitas swasta. Dalam satu bulan, gajinya tidak
lebih dari Rp 200. 000. Jika dibandingkan dengan tuntutan kebutuhan sehari-hari
yang begitu berat, pendapatan tersebut tak dapat mencukupi. Hal ini yang
membuat dosen atau guru, khususnya di Cianjur aktif mencari penghasilan
tambahan. Yang berpotensi tidak fokusnya guru dalam KBM di kelas.
Padahal, kesejahteraan pendidik sudah diamanahkan
dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam UU
tersebut dijelaskan bahwa bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses,
peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan
akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan
dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
Hal ini dapat didukung oleh peningkatan kualitas
guru. Caranya dengan menyeleksi secara ketat mahasiswa yang ingin masuk
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Mengenai proses penyeleksian
calon guru, kita kiranya dapat berkaca para negara Finlandia.
Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru
dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri
adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis.
Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di
sekolah-sekolah pendidikan.
Hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih
ketat persaingannya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti
fakultas hukum dan kedokteran. Dengan kualitas mahasiswa FKIP yang baik dan pendidikan dan
pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat
menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula.(*)
Komentar
Posting Komentar