ETIKA KOMUNIKASI : Seni dalam Hidup
Etika
“The Art of Living”
Etika atau juga disebut
sebagai filsafat moral atau akhlak merupakan “seni” hidup (the art of living) yang mengajarkan bagaimana cara hidup bahagia,
atau bagaimana memperoleh kebahagiaan, karena mencapai kebahagiaan memang
merupakan tujuan utama etika.
Etika mengajarkan kepada
kita bagaimana menjadi orang baik – dalam arti memiliki perangai dan tingkah laku
yang terpuji. Orang baik tidak lain dari orang yang mentalnya sehat karena
orang baik tidak mengidap penyakit – penyakit mental (hati) di dalam dirinya.
Bahkan lebih dari, ia telah menggantikan tingkah laku buruk itu dengan tingkah
laku yang baik (fadha’il), yang
membuat mentalnya begitu sehat dan bugar.
Orang yang mentalnya sehat,
dia akan mampu mencapai kebahagiaan, dia bisa tenang, berfikir positif,
bersyukur, bersabar, dan lain sebagainya. Pemikir Muslim sendiri memperkenalkan
beberapa tingkat kebagiaan, diantaranya sebagai berikut:
1.
Jenjang kebahagiaan fisik atau sendual yang
biasa kita kenal dengan kesenangan (pleasure).
Aristoteles pernah mengatakan bahwa tanpa terpenuhinya kebutuhan dasar material
manusia, maka tidak bisa terbayangkan terjadinya kebahagiaan yang lainnya.
2.
Jenjang kebahagiaan mental. Kesenangan mental
yang sesungguhnya bisa ditemukan dalam kebahagiaan imajiner, yaitu kebahagiaan
pada tingkat imajinasi, yang dipandang oleh para filosof Muslim sebagai salah
satu indra batin.
3.
Kebahagiaan intelektual. Kebahagiaan ini
merupakan kebahagiaan yang diperoleh menusia dari ilmu pengetahuan. Aristoteles
pernah berkata bahwa kebagiaan tertitnggi yang bisa diperoleh manusia adalah
kebagiaan intelektual. Asumsi dasar dari pernyataan tersebut adalah selama kita
memiliki ilmu, selama itu juga kita merasakan kebahagiaan.
4.
Kebahagiaan moral. Al – Farabi mengatakan
bahwa kesempurnaan kebahagiaan tercapai apabila seseorang telah mampu
menerapkan pengetahuan teoritisnya ke dalam praktik hidupnya sehari – hari. Dan
kebagiaan yang diperoleh dari mengamalkan ilmu inilah yang dimaksud engan
kebahagiaan moral.
5.
Kebahgiaan spiritual. Menurut Miskawaih
kebahagiaan tertinggi adalah kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan ini terjadi
ketika kita telah berhasil mengadakan kontak dengan Ilahi. Oleh karena kontak
tersebut hanya bisa dicapai lewat pengabdian (ibadah), kebaikan moral saja
tidak akan membawa kita pada kebagiaan tertinggi, yakni kebahagiaan spirtual.
Meski begitu, tidak semua
perbuah dapat dikontrol oleh manusia. Perbuatan dan tindakan dapat dibagi
menjadi dua bagian:
1.
Tindakan alamiah, atau lebih tepat lagi gerak
alamiah. Ini adalah gerak atau perubahan yang terjadi pada tubuh manusia sesuai
dengan tabiat atau hukum yang berlaku pada fisik dan tidak dapat dikontrol oleh
manusia. Contohnya penuaan atau kematian.
2.
Tindakan – tindakan moral, yakni segala
tindakan yang dialkukan atas dasar pilihan dan manusia mempunyai kontrol atau
kendali atasnya. Kebebasan memilih (bertindak) ini merupakan hak istimewa
manusia yang telah diberikan Tuhan. Rumi menyebutkannya hadiah terbesar Tuhan
pada manusia.
Etika juga disebut sebagai
seni hidup adalah etika sebagai pengobatan spiritual. Seperti ilmu kedokteran,
Miskawiah menegaskan etika bertugas (1) memelihara kesehatan mental ketika
keadaannya baik (upaya pencegahan), dan (2) mengobati mental kita ketika
keadaan sakit (penyembuhan). Miskawiah berpendapat bahwa setidaknya terdapat
lima kiat untuk pemeliharaan mental, diantaranya:
1.
Pilihlah teman yang cocok dan baik
2.
Berolah pikir dengan cara merenung, membaca,
atau menulis
3.
Sedapat mungkin konsisten untuk melaksanakan
rencana yang telah diputuskan
4.
Jangan membangkitkan nafsu ketika dia sedang
reda.
5.
Mencoba menemukan kelemahan diri untuk
mengadakan perbaikan
Akan tetapi, ketika mental
kita tengah dilanda penyakit, Al Kindi telah merumuskan seni untuk menepis
kesedihan. Menurutnya kesedihan terjadi karena hilangknya yang dicinta dan
luputnya yang di damba. Adapun dalam mengobati kesedihan yang ditimbulkan oleh
luputnya yang didamba, Al – Kindi menyarankan agar kita jangan berharap sesuatu
yang tidak mungkin, karena itu telah jelas menghasilkan kesedihan,
kembangkanlah sifat qana’ah, yaitu
kemampuan kita untuk bisa menerima kenyataan dan bersyukur apapun yang
dikaruniakan Tuhan kepada kita.
Seputar
Ilmu
Tokoh ilmuan modern saat ini
adalah ateis. Menurut Holmes Rolston III, hal tersebut terjadi karena ilmu
pengetahuan telah mengalami sekularisasi yang secara progamatik dilakukan oleh
ilmuan modern. Ada[un terjadinya sekularisasi tersebut didorong oleh pandangan
idelogis bangsa Ero[a, terutama pada masa pencerahan yang cenderung rasional
dan sekular serta tidak percaya yang bersifat metafisis dan spiritual, oleh
karena itu, sekularisasi ilmu itu juga bisa berarti westernisasi ilmu pengetahuan.
Hal ini sesuai dengan
astronom Perancis, Pierre Simon de Laplace yang berkata: saya mencurigai atau tidak percaya apa pun (sebagai sumber ilmu)
kecuali hasil langsung observasi dan kalkulasi.
Komentar
Posting Komentar