FILSAFAT KOMUNIKASI



#1 PENGERTIAN FILSAFAT
Secara etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia. Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu philein yang berarti mencintai atau philia yang berarti cinta serta sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Dari asal kata tersebut, melahirkan kata dalam bahasa Inggris yakni philosophy yang diterjemahkan sebagai cinta kearifan/ kebijaksanaan. 

Kismiyati EL Karimah sendiri mengartikan cinta sebagai suatu dinamika yang menggerakan subjek untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi objeknya. Sedangkan kearifan atau kebijaksanaan diartikan sebagai ketepatan bertindak.
Filsafat sendiri, menurut El Karimah merupakan suatu bentuk pemikiran manusia mengenai segala Sesutu dengan meninjau sebag – sebabnya yang terdalam dengan menggunakan kekuatan akal manusia sendiri. 

Orang pertama yang menggunakan kata philosophia adalah Pythagoras (572 – 497 SM). Sejak saat itu, banyak filsuf yang telah merumuskan pengertian filsafat. Pengertian filsafat dapat dibedakan sebagai berikut: 

1.    Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat merupakan sikap terhadap kehiduapan dan alam semesta. Bagaimana manusia yang berfilsafat dalam menyikapi hidupnya dan alam sekitarnya. Sekap kedewasaan secara kefilsafatan adalah sikap yang menyelidiki secara kritis, terbuka dan selalu bersedia meninjau persoalan dari semua sudut pandang. 

2.    Filsafat sebagai suatu metode
Berfilsafat adalah berfikit secara reflektif, yaitu berfikir dengan memperhatikan unsure di belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya. 

3.    Berfilsafat sebagai kumpulan persoalan
Filsafat merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah manusia yang paling hakikat. Misalnya di mana nyawa itu berada, apakah Tuhan itu ada, apakah kebenaran itu, apakah keadilan itu, dan lain sebagainya. 

4.    Filsafat merupakan system pemikiran
Dalam sejarah filsafat telah dirumuskan sistem – sistem pemikiran dari Socrates, Plato, dan Aristoteles. Hasil pemikiran dari beberapa nama tersebut yang disebut sistem filsafat. 

5.    Filsafat merupakan analisis logis
Analisis terhadap arti bahasa merupakan tugas pokok dari filsafat. Para tokoh filsafat analitis berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan – kekaburan dengan cara menjelaskan arti dari suatu istilah, baik yang dipakai dalam ilmu maupun dalam kehidupan sehari – hari. Yang dimaksud dengan menganalisis adalah menetapkan arti secara tepat dan memahami saling hubungan di antara arti – arti tersebut. 

6.    Filsafat merupakan suatu usaha untuk memperoleh pandangan secara menyeluruh
Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan – kesimpulan dari berbagai macam ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh. 

Objek kajian filsafat sendiri adalah segala sesuatu realitas baik realitas yang tampak maupun realitas yang tidak tampak. Misalnya realitas tentang manusia, hukum, politik, kebenaran, Tuhan dan lain sebagainya. Objek kajian filsafat didekati dan dicari sebab – sebabnya yang terdalam sampai menemukan hakikat atau essendi dari objek tersebut. 

Hakikat dari sesuatu haruslah mempunyai sifat – sifat berikut:
1.    Umum, artinya dapat diterapkan secara luas, 
2.    Abstrak, artinya tidak dapat ditangkap dengan pancaindera, dan hanya dapat ditangkap dengan akal, dan
3.    Mutlak, harus terdapat pada sesuatu hal, sehingga halnya menjadi ada.
Dalam kamus filsafat (dalam El Karimah) pengertian filsafat didefinisikan sebagai berikut:
1.    Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2.    Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3.    Upaya untuk menentukan batas – batas dan jangkauan pengetahuan : sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4.    Penyelidikan kritis atas pengandaian – pengandaian dan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan/
5.    Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakana dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.
Untuk memulai perenungan filsafat, Descrates memberikan contoh yang dapat kita pelajari (Kattsoff, 1992:34). Menurut Descartes, ada beberapa tahapan untuk memulai perenungan filsafat, yaitu:
1.    Menyadari adanya masalah
Apabila seseorang menyadari bahwa ada sesuatu masalah, maka orang tersebut akan mencoba untuk memikirkan penyelesaiannya.
2.    Meragu – ragukan dan menguji secara rasional anggapan – anggapan
Setelah selesai dirumuskan, mulailah menguji pengetahuan yang diperoleh melalui indera dan meragukannya.
3.    Memeriksa penyelesaian – penyelesaian yang terdahulu
Setelah menguji pengetahuan perlu pertimbangkan penyelesaian – penyelesaian yang telah diajukan mengenai masalah yang bersangkutan.
4.    Mengajukan hipotesis
5.    Menguji konsekuensi – konsekuensi
Mengadakan verifikasi terhadap hasil – hasil penjabaran yang telah dilakukan.
6.    Menarik kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dapat merupakan masalah baru untuk diuji kembali dan seterusnya. 

#2 TEORI – TEORI FILSAFAT
Berfilsafat pada hakikatnya merupakan cara berfikir menyeluruh dan mendasar. Sedangkan pengertian teori (dari bahasa Inggris theory, bahasa Latin theoria, dari bahasa Yunani theorus yang berarti pengamatan) menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995; 1041) adalah: 

-       Pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian).
-       Asas dan hokum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan.
-       Pendapat, cara dan aturan untuk melakukan sesuatu.

Jika mengacu pada pendapat di atas, maka setiap pendapat dari filusuf dapat dipelajari. Untuk pelengkap, kita dapat mempelajari sejarah pemahaman filsafat dari pada filusuf. 

Thales (6 SM)
Thales dari Miletos mendapat gelar filsuf yang pertama. Pada permulaan timbulnya pemikiran filsafat. Sebenarnya tradisi ajaran tulisan belum ada. Tradisi lisan dari Thales ini dikemukakan oleh Aristoteles. Thales mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta yang didiami oleh manusia. Menurut Thales arkhe alam semesta adalah air. Semua berasal dari air dan semuanya kembali menjadi air (K. Bertens, 1975: 26). 

Alasan Thales mengemukakan air sebagai zat asli alam semesta, karena bahan makanan semua makhluk memuat zat lembab dan juga benih pada semua makhluk hidup. Teori tentang prinsip alam semesta ini barangkali terlalu sederhana, namun pada saat itu untuk pertama kalinya manusia berfikir tentang alam semesta dengan menggunakan rasio. Sehingga dalam pemikiran Thales secara fundamental mengatakan bahwa alam semesta bersifat satu dengan hanya menunjukkan satu prinsip saja. 

Herakleitos (5 SM)
Teori Herakleitos mengungkap bahwa segala sesuatu di alam semesta ini merupakan sintesa dari hal – hal yang peroposisi. Ada siang, ada malam. Ada sehat, ada sakit. Kerenanya di alam semesta ini tidak ada yang tetap dan mantap.

Menurutnya, perubahan merupakan satu – satunya kemantapan, It rest by changing (K. Bestens, 1975: 42). Tidak ada sesuatu pun yang betul – betul ada, semuanya menjadi. Menjadi merupakan perubahan yang tiada henti – hentinya melalui 2 cara:
1.    Seluruh kenyataan merupakan arus sungai yang mengalir
2.    Seluruh kenyataan adalah api

Paramenides (Italia – 515 SM)
Parmenides menolak segala gerak dan perubahan di alam semesta ini. Realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak atau berubah. Seluruh jalan kebenaran bersandar pada satu keyakinan: yang ada itu ada, itulah kebenaran.
Ada dua pengandaian yang dapat membuktikan kebenaran, yaitu:
1.    Orang dapat mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada.
2.    Orang dapat mengatakan bahwa yang ada serentak ada dan serentak juga tidak ada.
Kedua pengertian di atas sama – sama mustahul, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. 

Socrates (4 SM)
Alam semesta dan manusia merupakan objek pemikiran Socrates (K. Bestens, 1975: 85).
 Menurut Socrates, manusia merupakan makhluk yang dapat mengenal, yang harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Teorinya tentang manusia bertitik tolak dari pengalaman sehari – hari dan dari kehidupan yang konkrit. 

Socrates memperhatikan hidup praktis menusia yaitu tingkah lakunya. Tidak semua tingkah laku dapat disebut baik, karenanya berbuat jahat adalah kemalangan bagi seorang manusia dan bahwa berbuat baik adalah satu – satunya kebahagiaan hidup manusia. Socrates berusaha menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut ini:

-       Apakah hidup yang baik?
-       Apakah kebaikan itu, mengakibatkan kebahagiaan seorang manusia?
-       Apakah norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu perbuatan?
Untuk dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan di atas, Socrates memulai dengan bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya. Metode tersebut disebut dialektika, dari kata Yunani dialeqeisthai berarti bercakap – cakap atau berdialog. Karena tujuan dari dialog adalah untuk menemukan pengertian tentang kebjikan, maka Socrates menamai metodenya dengan maieutika tekhne (seni kebidanan).

Tugas Socrates dapat dibandingkan dengan tugas bidan. Tetapi ia tidak menolong orang bersalin, melainkan ia membidani jiwa – jiwa. Socrates dengan metodenya tersebut tidak menyampaikan pengetahuan, tetapi dengan pertanyaan – pertanyaannya ia membidani pengetahuan yang terdapat dalam jiwa seseorang. Selanjutnya Socrates menguji nilai pikiran – pikiran yang sudah dilahirkan.

Socrates menganggap dirinya mempunyai tugas untuk mengingatkan para warna Negara Athena supaya mengutamakan jiwa mereka. Tujuan tertinggi kehidupan manusia adalah membuat jiwanya menjadi sebaik mungkin, karena jiwa (psike) merupakan intisari kepribadian manusia. Tujuan kehidupan manusia adalah kebahagiaan (eudaemonia).

Untuk dapat mencapai eudaemonia adalah dengan arête, biasanya diterjamhkan dalam bahasa Inggris virtue  yang berarti kebajikan atau keutamaan. Menurut Socrates keutamaan adalah pengetahuan. Keutamaan seorang guru adalah apabila dia dapat mengajar dengan baik. Namun arête lebih dari itu, yaitu keutamaan sebagai istilah moderal. Keutamaan yang membuat manusia menjadi seorang yang baik, harus dianggap sebagai pengetahuan. 

Dari pernyataan Socrates bahwa keutamaan adalah pengetahuan, dapat ditarik tiga kesimpulan:
1.    Manusia tidak berbuat salah karena disengaja. Manusia membuat salah karena keliru atau ketidaktahuan. Seandainya ia tahu apa yang baik baginya ia akan melakukan kebaikan itu.
2.    Keutamaan itu satu adalanya, keutamaan sebagai pengetahuan tentang yang baik merupakan pengetahuan yang menyeluruh. 

3.    Keutamaan dapat diajarkan kepada orang lain.
Yang bai mempunyai nilai yang sama bagi setiap manusia. Memiliki arête berarti memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia. Inilah teori etika dari Socrates yang berlaku bagi semua manusia.

Plato (5 SM)
Plato merupakan murid Socrates. Kesan mendalam terhadap gurunya yang meninggal sebagai hukuman dari Athena, membuat Plato mereflesikan hasil pikirannya tentang Negara dalam dialog Politeia, teorinya tentang Negara ini dianggap sebagai karya sentral dari seluruh pemikiran Plato (K. Bestens, 1975: 162). Salah satu refleksi Plato terhadap kematian Socrates terungkap dalam teorinya bahwa penguasa Negara haruslah seorang filsuf.

Ide merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Bagi sebagian orang, ide berarti gagawan atau tanggapan yang haya terdapat dalam pemikiran saja, sehingga ide merupakan sesuatu yang bersifat subjektif belaka. Namun bagi Plato ide merupakan sesuatu yang sifatnya objektif. Ada ide – ide yang terlepas dari subjek si pemikir. Ide tidak diciptakan oleh pemikiran kita. Ide tidak tergantung pada pemikiran, tetapi pemikiranlah yang tergantung pada ide – ide. 

Untuk mengerti jalan pikiran Plato tentang ide – ide, kita dapat memahami lewat ilmu pasti. Ilmu pasti tidak akan membicarakan gambar – gambar konkrit, suatu grais tertentu, suatu segi tiga tertentu, atau suatu lingkaran tertentu. Namun, ilmu pasti berbicara tentang garis, segi tiga, dan lingkaran pada umumnya. Dalil – dalil yang berlaku pada segi tiga, tidak hanya berlaku pada contoh segi tiga yang di damabakan saat itu saja, tapi berlaku pada segi tiga lain pada umumnya, segi tiga yang sempurna, yang ideal. Ada ide segi tida yang ada yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, hanya dapat ditangkap melalui pengertian.

Dari pengertiannya tentang ide umum dan ide konkrit, dapat disimpulkan bahwa menurut Plato realitas sebenarnya terdiri dari dua dunia. Satu dunia mencakup benda – benda jasmani yang dapat ditangkap oleh panca indera. Pada tahap ini semua realitas berada dalam perubahan. Contoh: baju yang sekarang dipakai rapid an bersih, besok sudah lusuh dan korot. Karena itu ada suatu dunia lain, yaitu dunia ideal, yaitu dunia yang terdiri dari ide – ide. Dalam dunia ideal ini tidak ada perubahan, dan sifatnya abadi.

Pandanagan tentang dua dunia ini sebenarnya Plato telah berusahan memperdamaikan pendapat Herakleitos dan Parmenides, yaitu tentang ada sifatnya tetap, dan yang menjadi sifatnya berubah.

Plato memandang manusia sebagai makhluk yang terpenting di antara sebagal makhluk yang terdapat di dunia ini. Jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian manusia, dan jiwa manusia bersifat baka atau kekal. Dalam politeia, jiwa terdiri dari tiga bagian, kata bagian menurut Plato harus dipahami sebagai fungsi, yaitu:
1.    Bagian rasional (to logistikon)
Pada bagian ini dikaitkan dengan keutamaan kebijaksanaan (shopia).
2.    Bagian keberanian (to thymoides)
Pada bagian ini dikaitkan dengan kegagahan (andreia).
3.    Bagian keinginan (to epithymetikon)
Pada bagian ini dikaitkan dnegan keutamaan pengendalian diri (sophosyne)
Untuk menjaga keseimbangan ketiga fungsi jiwa tersebut diperlukan keadilan (dikaiosyne). 

Teori filsafat Plato tentang Negara merupakan puncak pemikirannya. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk social, sehingga menurut kodratnmya manusia hidup dalam polis atau negara. Agar manusia dapat mencapai hidup yang baik, maka Negara juga harus baik. Ada pengaruh timbale balik antara hidup yang baik sebagai individu dengan Negara yang baik. Untuk menyusun Negara yang ideal haruslah berdasar pada:

1.    Ekonomis
Masing – masing orang mempunyai keahlian masing – masing, dan juga tidak semua manusia mempunyai bakat untuk tugas yang sama.

2.    Para Penjaga
Dalam suatu Negara harus ada tentara yang professional untuk mempertahankan kekayaan Negara. Beberaa dari penjaga akan dipilih supaya mereka menjadi pemimpin Negara.

Mereka yang paling baik dan paling cakap yang boleh dipilih. Pada usia sampai 30 tahun. Mereka harus mempelajari ilmu pasti. Kemudian diantara mereka yang terpilih akan dipilih lagi untuk studi filsafat selama 5 tahun. Mereka yang terpilih akan menunaikan berbagai jabatan Negara selama 15 tahun. Sehingga pada umur 50 tahun mereka yang cakap dalam hal kemimpinan dapat dipanggil untuk memerintah Negara. Dengan demikiran, Negara yang ideal akan dipimpin oleh filsuf. 

3.    Tiga golongan
Negara yang ideal terdiri dari 3 golongan:
a.    Penjaga – penjaga yang sebenarnya adalah filsuf
b.    Pembantu – pembatu atau prajurit – prajurit, tugasnya menjamin keamanan Negara dan mengawasi supaya para warga Negara tunduk kepada filsuf.
c.    Petani, pedagang dan tukang – tukang yang menjamin kelangsuangan kehidupan ekonomi suatu negara.

4.    Komunismen dan perkawinan
Kehidupan Negara akan pincang, apabila ada perbedaan antara golongan kaya dan miskin. Plato mengingatkan bahwa mereka tidak boleh mempunyai uang atau milik pribadi.

Selain itu mereka tidak boleh mempunyai keluarga sendiri. Perkawinan hanya dilaksanakan untuk sementara, dan hanya penguasa Negara yang akan memilih pria dan wanita yang boleh kawin untuk sementara, dan akan mendapatkan anak yang baik untuk dididik oleh Negara. 

Aristoteles (Yunani Utara - 384 SM)
Sejak Aristoteles inilah pemikiran – pemikiran filsafat tersusun secara sistematis, yang dikelompokkan dalam 8 bagian, yaitu:
1.    Logika
2.    Filsafat alam
3.    Psikologi
4.    Biologi
5.    Metafisika
6.    Etika
7.    Politik dan Ekonomi
8.    Retorika dan Paetika

Beberapa teori tentang gerak dan penyebab (causa) terjadinya suatu akan dijelaskan dalam usaha memahami teori – teori Aristoteles. Teorinya tentang gerak dapat dipahami melalui contoh berikut, yaitu air dingin menjadi panas. Gerak berlangsung antara dua hal yang berlawanan anatara panas dan dingin. Namun ada sesuatu hal yang dulunya dingin kemudian menjadi panas. Dengan demikian ada 3 faktor dalam setiap perubahan, yaitu:

1.    Keadaan / cirri yang terdahulu, yaitu dingin.
2.    Keadaan / cirri yang baru, yaitu panas.
3.    Suatu substratum atau alas yang tetap, yaitu air.
Analisis tertutup gerak ini ada aktis dan potensi. Gerak menurut Aristoteles adalah peralihan dari potensi ke aktis, suatu yang potensial menjadi actual. 

Dalam pandangannya tentang penyebab tiap – tiap kejadian, baik kejadian alam maupun kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebutkan 4 penyebab, yaitu:
1.    Penyebab efisien (efficient cause) yaitu sumber kejadian, factor yang menjalankan kejadian. Contoh: tukang kayu yang membuat meja makan.

2.    Penyebab final (final cause) yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Contoh: menja makan dibuat untuk makan.

3.    Penyebab material (material cause) yaitu bahan dari mana benda tersebut dibuat. Contoh: menja makan dibuat dari kayu.

4.    Penyebab formal (formal cause) yaitu bentuk yang menyusun bahan. Contoh: bentuk menja ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah meja. 

Al Kindi (796 – 873 M)
Teorinya tentang pengetahuan terbagi dalam 2 bagian:
1.    Pengetahuan Ilahi (devince science)
Pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan.
2.    Pengetahuan manusiawi (human science) pengetahuan yang didasarkan atas pemikiran.


#3 MAZHAB – MAZHAB FILSAFAT
Pengertian mazhab menurut kamus bahasa Indonesia berarti:
-       Haluan atau aliran mengenai hukum fikih yang menjadi ikutan umat Islam (dikenal empat mazhab, yaitu mazhab Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafii), kecenderungan umat Islam di Indonesia banyak yang menganut mazhab Syafii.

-       Golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran, aliran tertentu di bidang ilmu, cabang kesenian, dan sebagainya dan yang berusaha untuk memajukan hal itu.
Mazhab – mazhab yang muncul setelah abad pertengahan:

RASIONALISME
Mazhab rasionalisme mulai muncul pada abad 17. Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal (Harun Hadiwijono, 1980:18). Hanya pengetahuan yang melalui akal lah yang memenuhi syarat dan dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapat oleh akal, dan sesungguhnya akal tidak memerlukan pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat umum untuk diterapkan kepada hal – hal yang bersifat khusus. 

Contoh: semua manusia akan mati. Badu adalah manusia, maka Badu akan mati.
Tokoh dari rasionalieme adalah RENE DESCARTES (1596 – 1650) yang disebut sebagai Bapak Filsafat Modern. Pernyataannya yang paling popular adalah cogito ergo sum artinya aku berfikir maka aku ada. Apa saja yang orang pikirkan, walaupun suatu khayalan, tetapi manusia yang berpikir itu bukalah khayalan, maka manusia yang berpikir itu ada. Inilah satu satunya hal yang tidak dapat diragukan keberadaannya. Hal ini yang disebut sebagai pengetahuan langsung yaitu kebenaran filsafat yang pertama (prium philosophicum). 

Menurut Descartes, manusia mempunyai kebebasan kehendak. Amnesia dapat merealisasikan kebebasannya dengan mengendalikan hawa nafsunya, karena kebebasan adalah cirri khas kesadaran manusia yang berpikir. 

EMPIRISME
Mazhab ini muncul sezaman dengan rasionalisme yaitu abad 17. Mazhab ini merupakan kebalikan dari rasionalisme dan berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah.
Metode yang dipakai adalah metode induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal – hal yang bersifat umum.

Orang pertama yang mengikuti mazhab ini adalah THOMAS HOBBES (1588 – 1679). Bagi Thomas filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek – efek atau akibat – akibat, atau tentang penampakan – penampakan seperti yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab – sebabnya atau asalnya. Sasaran filsafat adalah fakta – fakta yang diamati, dengan maksud untuk mencari sebab – sebabnya. Sedangkan alat yang dipakai adalah pengerian – pengeritan yang diungkapkan dalam kata – kata yang menggambarkan fakta – fakta tersebut (Harun Hadiwijono, 1980:32). Pengalaman adalah awal dari semua pengetahuan. Hanya pengalamanlah yang member jaminan akan kepastian. 

Sedangkan KOHN LOCKE (1632 – 1740) adalah penerus tradisi empiris. Pada masa Locke ini untuk pertama kalinya metode empiris diterangkan kepada persolan – persoalan tentang pengenalan atau pengetahuan. Locke menentang teori rasionalisme mengenai ide – ide dan asas – asas pertama sebagai bawaan manusia. Menurut Locke pengetahuan didapatkan dari pengalaman, dan akal adalah pasif pada saat pengetahuan didapatkan. Rasio manusia mula – mula harus dianggap sebagai kertas putih yang kosong as a white paper, kertas kosong tersebut baru terisi melalui pengalaman.

Ada dua macam pengalaman, yaitu pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah. Kedua macam pengalaman ini saling berhubungan. Pengalaman lahiriah menghasilkan gejala – gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengalaman batiniah. Dengan demikian mengenal adalah identik dengan mengenal secara sadar.

Berdasarkan asas – asas teori pengenalan tersebut maka dalam etikanya Locke menolak adanya pengertian kesusilaan yang telah menjadi bawaan tabiat manusia. Sedangkan yang manjadi tabiat bawaan manusia hanyalah kecenderungan – kecenderungan yang menguasai perbuatan manusia. Semua kecenderungan dapat dikembalikan kepada usaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Tentang bagiamana kita harus berbuat diajarkan oleh pengalaman.

IDEALISME
Kata idealism pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz pada awal abad 18. Istilah idealism digunakan dnegan maksud untuk menerapkan pemikiran Plato. Idealism berpendapat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis, dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada. 

LEIBNIS (1646 – 1716) berusaha menjembatani pertentangan antara rasionalisme dan empirisme, walaupun tidak memberikan suatu sistem untuk memadukannya. Leibniz mendasarkan filsafatnya atas pengertian substansi, yaitu sesuatu yang tanpanya sesuatu yang lain tidak akan ada. Substansi berasal dari bahasa latin substansia yang berarti bahan, hakikat atau zat. 

Menurut Leibniz, ada banayak sekali substansi, begitu banyaknya sehingga tidak terhitung jumlahnya. Tiap substansi disebut monade, yang bersifat tunggal dan tidak dapat dibagi – bagi. Monade tidak dapat dihasilkan secara alamiah dan tidak data dibinakan. Adanya semata – mata karena penciptaan dan berlangsung selama Allah mempernankannya (Harun Hadiwijono, 1980: 40).

Idealisme di Jerman memuncak pada masa GEORGE WILHELM FRIDERCH HEGEL (1770 – 1831) (Bertens, 1979:68). Yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam, dengan maksud agar dapat sara akan dirinya sendiri. Hakikat roh adalah ide atau pikiran. Pernyataan Hegel yang terkenal adalah semuanya yang real bersifat rasional dan semuanya yang rasional bersifat real. Maksudnya adalah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (atau ide menurut istilah yang dipakai Hegel) yang memikirkan dirinya sendiri. 

Filsafat Hegel menggunakan metode dialektik, yaitu suatu metode yang mengasahakan kompromi natara beberapa pendapat atau keadaan yang beralawanan satu sama lain. Proses dialektik terdiri atas tiga fase, fase pertama disebut tesa, yang dilawan dengan fase kedua yang disebut antitesa. Kemudian ada fase ketiga yang disebut sintesa yang memperdamaikan fase pertama dan fase kedua. Dalam sintesa tersebut tesa dan antitesa menjadi aufgehoben berarti dicabut, ditiadakan, tidak berlaku lagi. Istilah tersebut dimaksudkan akarena adanya sintesa maka tesa dan antitesa sudah tidak ada lagi, sudah lewat. Arti yang lain adalah diangkat, tesa maupun antitesa mendapat eksistensi baru. Kebenaran yang ada dalam tesa dan antitesa tetap disimpan dalam sintesa, tetapi dalam bentuk yang lebih sempurna. Proses dialektik akan berlangsung terus – menerus, dan sintesa yang dihasilkan akan menjadi tesa baru dan seterusnya. 

Contoh:
-       Tesa : Bentuk Negara dictator; hidup kemasyarakatan diatur dnegan baik tetapi warga Negara tidak mempunyai kebebasan apapun.
-       Antitesa : bentuk Negara anarki: para warga Negara mempunyai kebebasan tanpa batas, tetapi hidup kemasyarakatan menjadi kacau.
-       Sintesa : bentuk Negara demokrasi konstitusional: kebebasan para warga Negara dijamin dan dibatasi oleh undang – undangan dasar dan hidup kemasyarakatan berjalan dengan memuaskan. 

POSITIVISME
Mazhab ini berkembang pada abad ke 19. Positivism berpendirian bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual, yang positif, sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Pengetahuan kita tidak boleh melewati fakta – fakta, dengan demikian ilmu pengetahuan empiris diangkat menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan empirismen, yaitu positivism hanya membatasi pada pengalaman – pengalaman objektif, yang tampak, tetapi empirismen menerima pengalaman – pengalaman batiniah atau pengalaman subjektif. 

Tokoh positivism adalah AUGUST COMTE (1798 – 1857). Menurut Comte, perkembangan pemikiran manusia, baik manusia sebagai pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga zaman (Bertens, 1979:73), yaitu:

-       Zaman teologis; pada zaman ini manusia percaya bahwa di belakang gejala – gejala alam terdapat kuasa – kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala – gejala tersebut.
-       Zaman metafisis, kuasa – kuasa adikodrati diganti dnegan konsep – konsep dan prinsip – prinsip yang abstrak, seperti kodrat dan penyebab.

-       Zaman positif, pada zaman ini manusia tidak mencari penyebab – penyebab yang terdapat di belakang fakta – fakta. Dengan menggunakan rasionya manusia berusaha menetapkan relasi – relasi persamaan atau urutan yang terdapat antara fakta – fakta. Pada zaman inimulai dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya. 

PRAGMATISME
Mazhab yang muncul pada awal abad 20 ini mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dnegan membawa akibat yang bermanfaat secara praktis. Pedoman pragmatism adalah logikan pengamatan. Pragmatism bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis. Pengalaman – pengalaman pribadi diterima asalkan bermanfaat, bahkan kebenaran mistis dipandang sebagai kebenaran yang diterima asalkan membawa akibat praktis yang bermanfaat (Harun Hadiwijono, 1980:130).

Salah satu tokoh pragmatism adalah JOHN DEWEY (1859 – 1952). Menurut Dewey tugas filsafat adalah memberikan garis – garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Pleh karena itu filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran – pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience) dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara aktif krisis. 

FENOMENOLOGI
Fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau segala sesuatu yang menampkkan diri. Fenomena bukablah hal yang nyata, tetapi hal yang semu. Suatu fenomena tidak perlu harus diamati dengan indera, sebab fenomena juga dapat dilihat atau ditilik secara rohani, tanpa melewati indera.

Pelopor filsafat fenomenologi adalah EDMUND HUSSERL (1859 – 1938). Menurut Husserl, hukum – hukum logika yang member kepastian, yang berlaku, tidak mungkin bersifat a poterotori, sebagai hasil pengalaman, tetapi bersifat a priori. 

EKSISTENSIALISME
Eksistensi dalam filsafat eksistensialisme berarti cara manusia berada di dalam dunia. Cara berada manusia berbeda dengan beradanya benda – benda. Benda – benda berada dengan tidak sadar tanpa hubungan. Sedangkan manusia berada di dunia justru berhubungan dengan sesame manusia dan berhubungan dengan benda – benda. Benda – benda berarti karena beradanya manusia. Untuk membedakan dua cara berada dalam eksistensialisme adalah dengan dua kata yang berbeda, untuk benda berada, sedang mansusia bereksistensi. 

Eksistensialieme menjadi tersebar luas karena pemikiran JEAN PAULSARTRE (1905 – 1980). Dalam bukunya yang terkenal L etre et leneant atau Keberadaan dan Ketiadaan (1943), Sartre membagi ada atau berada (L etre) menjadi dua macam, yaitu:

-       L etre – en – soi (berada – dalam – diri)

-       L etre – pour – soi (ber – ada – untuk – diri)
(Harun Hadiwijono, 1980:157) 

Yang dimaksud dengan berada – dalam – diri adalah berada dalam dirinya, berada itu sendiri. Filsafat berpangkal dari realitas yang ada, sebab realitas yang ada itulah yang kita hadapi, kita tangkap dan kita mengerti.

Sedangkan yang dimaksud dengan berada – untuk – diri adalah berada yang dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia mempunyai hubungan dengan keberadaannya, ia bertanggungjawab atas fakta bahwa ia ada. Kesadaran manusia bukanlah kesadaran akan dirinya, melainkan kesadaran diri.

FILSAFAT KOMUNIKASI: KAJIAN AWAL
KOMUNIKASI SEBAGAI KEGIATAN ILMIAH
A.   PENGERTIAN KOMUNIKASI 

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris disebut communication berasal dari bahasa Latin communication dan berasal dari kata communis yang artinya sama. Sama disini adalah sama makna. Antara pemberi pesan dan penerima pesan pada akhirnya mempunyai persamaan makna. 

Laswell menyebutkan ada lima komponen dalam komunikasi, diantaranya sebagai berikut:
1.    Communicator (komunikator)
2.    Message (pesan)
3.    Channel (media)
4.    Receiver (komunikan/penerima)
5.    Effect (timbale balik)
Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah:
1.    The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan)
2.    The correlation of the parts of society in responding to the environment (korelasi kelompok – kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan)
3.    The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmissi warisan social dari generasi yang satu ke generasi yang lain)

B.   KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU
Syarat – syarat agar sebuah pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu adalah:
1.    Mempunyai objek tertentu
2.    Bersifat sistematis
3.    Berlaku umum
4.    Mempunyai metode tertentu
Komunikasi sendiri dapat memenuhi syarat sebagai ilmu berdasarkan hal yang di bawa ini:
1.    Mempunyai objek tertentu
Objek material ilmu komunikasi adalah perilaku manusia termasuk di dalamnya perilaku individu.
2.    Sistematis
Sistematis berarti menurut suatu sistem tertentu. Kumpulan hal – hal yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek merupakan satu keseluruhan yang saling terkait.
3.    Universal
Komunikasi bersifat universal karena komunikasi memang sangat diperlukan bagi kepentingan manusia dan masyarakat.
4.    Metode
Sebagai ilmu social yang lain, komunikasi menggunakan metode penelitian social.
Ilmu komunikasi dalam pengelompokan ilmu termasuk dalam kelompok ilmu social dengan kategori ilmu terapan. Penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya (Effendy, 1993:52) sebagai berikut:

1.    Bidang Komunikasi
a.    Komunikasi social
b.    Komunikasi organisasi social/manajemen
c.    Komunikasi bisnis
d.    Komunikasi politik
e.    Komunikasi internasional
f.     Komunikasi antar budaya
g.    Komunikasi pembangunan
h.    Komunikasi tradisional

2.    Sifat komunikasi
a.    Komunikasi verbal (lisan dan tulisan)
b.    Komunikasi nirverbal (kial, gambar, dan lain – lain)
c.    Komunikasi tatap muka
d.    Komunikasi bermedia

3.    Tatanan komunikasi (berdasarkan jumlah komunikan)
a.    Komunikasi pribadi (intrapribadi dan antarpribadi)
b.    Komunikasi kelompok
1.    Komunnikasi kelompok kecil (ceramah, forum, diskusi panel, seminar, curah saran, lain – lain)
2.    Komunikasi kelompok besar
c.    Komunikasi media massa
1.    Komunikasi media massa cetak (koran, majalah)
2.    Komunikasi media massa elektronik (radio, televise, film, lain – lain)
d.    Komunikasi media (surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk, dan lain – lain)

4.    Tujuan Komunikasi
a.    Mengubah sikap
b.    Mengubah opini
c.    Mengubah perilaku
d.    Mengubah masyarakat

5.    Fungsi Komunikasi 
a.    Menginformasikan
b.    Mendidik
c.    Menghibur
d.    Mempengaruhi

6.    Teknik Komunikasi
a.    Komunikasi informative
b.    Komunikasi persuasive
c.    Komunikasi pervasive
d.    Komunikasi koersif
e.    Komunikasi instruktif
f.     Hubungan manusiawi

7.    Metode Komunikasi
1)    Jurnalisme
2)    Hubungan masyarakat
3)    Periklanan
4)    Propaganda
5)    Perang urat syaraf
6)    Perpustakaan
7)    Dan lain – lain

Komentar

Postingan Populer