FILSAFAT KOMUNIKASI
#1 PENGERTIAN FILSAFAT
Secara
etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia. Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu philein yang berarti mencintai atau philia yang berarti cinta serta sophos yang berarti kearifan atau
kebijaksanaan. Dari asal kata tersebut, melahirkan kata dalam bahasa Inggris
yakni philosophy yang diterjemahkan
sebagai cinta kearifan/ kebijaksanaan.
Kismiyati
EL Karimah sendiri mengartikan cinta sebagai suatu dinamika yang menggerakan
subjek untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi
objeknya. Sedangkan kearifan atau kebijaksanaan diartikan sebagai ketepatan
bertindak.
Filsafat
sendiri, menurut El Karimah merupakan suatu bentuk pemikiran manusia mengenai
segala Sesutu dengan meninjau sebag – sebabnya yang terdalam dengan menggunakan
kekuatan akal manusia sendiri.
Orang
pertama yang menggunakan kata philosophia
adalah Pythagoras (572 – 497 SM). Sejak saat itu, banyak filsuf yang telah
merumuskan pengertian filsafat. Pengertian filsafat dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Filsafat
sebagai suatu sikap
Filsafat
merupakan sikap terhadap kehiduapan dan alam semesta. Bagaimana manusia yang
berfilsafat dalam menyikapi hidupnya dan alam sekitarnya. Sekap kedewasaan
secara kefilsafatan adalah sikap yang menyelidiki secara kritis, terbuka dan
selalu bersedia meninjau persoalan dari semua sudut pandang.
2. Filsafat
sebagai suatu metode
Berfilsafat
adalah berfikit secara reflektif, yaitu berfikir dengan memperhatikan unsure di
belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya.
3. Berfilsafat
sebagai kumpulan persoalan
Filsafat
merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah manusia yang paling hakikat.
Misalnya di mana nyawa itu berada, apakah Tuhan itu ada, apakah kebenaran itu,
apakah keadilan itu, dan lain sebagainya.
4. Filsafat
merupakan system pemikiran
Dalam
sejarah filsafat telah dirumuskan sistem – sistem pemikiran dari Socrates,
Plato, dan Aristoteles. Hasil pemikiran dari beberapa nama tersebut yang
disebut sistem filsafat.
5. Filsafat
merupakan analisis logis
Analisis
terhadap arti bahasa merupakan tugas pokok dari filsafat. Para tokoh filsafat
analitis berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan –
kekaburan dengan cara menjelaskan arti dari suatu istilah, baik yang dipakai
dalam ilmu maupun dalam kehidupan sehari – hari. Yang dimaksud dengan
menganalisis adalah menetapkan arti secara tepat dan memahami saling hubungan
di antara arti – arti tersebut.
6. Filsafat
merupakan suatu usaha untuk memperoleh pandangan secara menyeluruh
Filsafat
mencoba menggabungkan kesimpulan – kesimpulan dari berbagai macam ilmu serta
pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh.
Objek
kajian filsafat sendiri adalah segala sesuatu realitas baik realitas yang
tampak maupun realitas yang tidak tampak. Misalnya realitas tentang manusia,
hukum, politik, kebenaran, Tuhan dan lain sebagainya. Objek kajian filsafat
didekati dan dicari sebab – sebabnya yang terdalam sampai menemukan hakikat
atau essendi dari objek tersebut.
Hakikat
dari sesuatu haruslah mempunyai sifat – sifat berikut:
1. Umum, artinya dapat
diterapkan secara luas,
2.
Abstrak,
artinya
tidak dapat ditangkap dengan pancaindera, dan hanya dapat ditangkap dengan
akal, dan
3.
Mutlak,
harus terdapat pada sesuatu hal, sehingga halnya menjadi ada.
Dalam
kamus filsafat (dalam El Karimah) pengertian filsafat didefinisikan sebagai
berikut:
1. Upaya
spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang
seluruh realitas.
2. Upaya
untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3. Upaya
untuk menentukan batas – batas dan jangkauan pengetahuan : sumbernya, hakikatnya,
keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan
kritis atas pengandaian – pengandaian dan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan
oleh berbagai bidang pengetahuan/
5. Disiplin
ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakana dan untuk
mengatakan apa yang kita lihat.
Untuk
memulai perenungan filsafat, Descrates memberikan contoh yang dapat kita
pelajari (Kattsoff, 1992:34). Menurut Descartes, ada beberapa tahapan untuk
memulai perenungan filsafat, yaitu:
1. Menyadari
adanya masalah
Apabila
seseorang menyadari bahwa ada sesuatu masalah, maka orang tersebut akan mencoba
untuk memikirkan penyelesaiannya.
2. Meragu
– ragukan dan menguji secara rasional anggapan – anggapan
Setelah
selesai dirumuskan, mulailah menguji pengetahuan yang diperoleh melalui indera
dan meragukannya.
3. Memeriksa
penyelesaian – penyelesaian yang terdahulu
Setelah
menguji pengetahuan perlu pertimbangkan penyelesaian – penyelesaian yang telah
diajukan mengenai masalah yang bersangkutan.
4. Mengajukan
hipotesis
5. Menguji
konsekuensi – konsekuensi
Mengadakan
verifikasi terhadap hasil – hasil penjabaran yang telah dilakukan.
6. Menarik
kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dapat merupakan masalah baru untuk diuji kembali dan seterusnya.
#2 TEORI – TEORI FILSAFAT
Berfilsafat
pada hakikatnya merupakan cara berfikir menyeluruh dan mendasar. Sedangkan
pengertian teori (dari bahasa Inggris theory,
bahasa Latin theoria, dari bahasa
Yunani theorus yang berarti
pengamatan) menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995; 1041) adalah:
- Pendapat
yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian).
- Asas
dan hokum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan.
- Pendapat,
cara dan aturan untuk melakukan sesuatu.
Jika mengacu pada pendapat di atas, maka setiap
pendapat dari filusuf dapat dipelajari. Untuk pelengkap, kita dapat mempelajari
sejarah pemahaman filsafat dari pada filusuf.
Thales (6 SM)
Thales
dari Miletos mendapat gelar filsuf yang pertama. Pada permulaan timbulnya
pemikiran filsafat. Sebenarnya tradisi ajaran tulisan belum ada. Tradisi lisan
dari Thales ini dikemukakan oleh Aristoteles. Thales mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta
yang didiami oleh manusia. Menurut Thales arkhe
alam semesta adalah air. Semua berasal dari air dan semuanya kembali
menjadi air (K. Bertens, 1975: 26).
Alasan
Thales mengemukakan air sebagai zat asli alam semesta, karena bahan makanan
semua makhluk memuat zat lembab dan juga benih pada semua makhluk hidup. Teori
tentang prinsip alam semesta ini barangkali terlalu sederhana, namun pada saat
itu untuk pertama kalinya manusia berfikir tentang alam semesta dengan
menggunakan rasio. Sehingga dalam pemikiran Thales secara fundamental
mengatakan bahwa alam semesta bersifat satu dengan hanya menunjukkan satu
prinsip saja.
Herakleitos (5 SM)
Teori
Herakleitos mengungkap bahwa segala sesuatu di alam semesta ini merupakan
sintesa dari hal – hal yang peroposisi. Ada siang, ada malam. Ada sehat, ada
sakit. Kerenanya di alam semesta ini tidak ada yang tetap dan mantap.
Menurutnya,
perubahan merupakan satu – satunya kemantapan, It rest by changing (K. Bestens, 1975: 42). Tidak ada sesuatu pun
yang betul – betul ada, semuanya menjadi.
Menjadi merupakan perubahan yang
tiada henti – hentinya melalui 2 cara:
1. Seluruh
kenyataan merupakan arus sungai yang mengalir
2. Seluruh
kenyataan adalah api
Paramenides (Italia – 515 SM)
Parmenides
menolak segala gerak dan perubahan di alam semesta ini. Realitas merupakan
keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak atau berubah. Seluruh jalan kebenaran
bersandar pada satu keyakinan: yang ada
itu ada, itulah kebenaran.
Ada
dua pengandaian yang dapat membuktikan kebenaran, yaitu:
1. Orang
dapat mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada.
2. Orang
dapat mengatakan bahwa yang ada serentak ada dan serentak juga tidak ada.
Kedua
pengertian di atas sama – sama mustahul, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan
dan tidak dapat dibicarakan.
Socrates (4 SM)
Alam
semesta dan manusia merupakan objek pemikiran Socrates (K. Bestens, 1975: 85).
Menurut Socrates, manusia merupakan makhluk
yang dapat mengenal, yang harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup
dalam masyarakat. Teorinya tentang manusia bertitik tolak dari pengalaman
sehari – hari dan dari kehidupan yang konkrit.
Socrates
memperhatikan hidup praktis menusia yaitu tingkah lakunya. Tidak semua tingkah
laku dapat disebut baik, karenanya berbuat jahat adalah kemalangan bagi seorang
manusia dan bahwa berbuat baik adalah satu – satunya kebahagiaan hidup manusia.
Socrates berusaha menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut ini:
- Apakah
hidup yang baik?
- Apakah
kebaikan itu, mengakibatkan kebahagiaan seorang manusia?
- Apakah
norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu perbuatan?
Untuk
dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan di atas, Socrates memulai dengan
bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya. Metode tersebut disebut dialektika, dari kata Yunani dialeqeisthai berarti bercakap – cakap
atau berdialog. Karena tujuan dari dialog adalah untuk menemukan pengertian
tentang kebjikan, maka Socrates menamai metodenya dengan maieutika tekhne (seni kebidanan).
Tugas
Socrates dapat dibandingkan dengan tugas bidan. Tetapi ia tidak menolong orang
bersalin, melainkan ia membidani jiwa – jiwa. Socrates dengan metodenya
tersebut tidak menyampaikan pengetahuan, tetapi dengan pertanyaan –
pertanyaannya ia membidani pengetahuan yang terdapat dalam jiwa seseorang.
Selanjutnya Socrates menguji nilai pikiran – pikiran yang sudah dilahirkan.
Socrates
menganggap dirinya mempunyai tugas untuk mengingatkan para warna Negara Athena
supaya mengutamakan jiwa mereka. Tujuan tertinggi kehidupan manusia adalah
membuat jiwanya menjadi sebaik mungkin, karena jiwa (psike) merupakan intisari kepribadian manusia. Tujuan kehidupan
manusia adalah kebahagiaan (eudaemonia).
Untuk
dapat mencapai eudaemonia adalah
dengan arête, biasanya diterjamhkan
dalam bahasa Inggris virtue yang berarti kebajikan atau keutamaan. Menurut
Socrates keutamaan adalah pengetahuan. Keutamaan seorang guru adalah apabila
dia dapat mengajar dengan baik. Namun arête
lebih dari itu, yaitu keutamaan sebagai istilah moderal. Keutamaan yang
membuat manusia menjadi seorang yang baik, harus dianggap sebagai pengetahuan.
Dari
pernyataan Socrates bahwa keutamaan adalah pengetahuan, dapat ditarik tiga
kesimpulan:
1. Manusia
tidak berbuat salah karena disengaja. Manusia membuat salah karena keliru atau
ketidaktahuan. Seandainya ia tahu apa yang baik baginya ia akan melakukan kebaikan
itu.
2. Keutamaan
itu satu adalanya, keutamaan sebagai pengetahuan tentang yang baik merupakan
pengetahuan yang menyeluruh.
3. Keutamaan
dapat diajarkan kepada orang lain.
Yang
bai mempunyai nilai yang sama bagi setiap manusia. Memiliki arête berarti memiliki kesempurnaan
manusia sebagai manusia. Inilah teori etika dari Socrates yang berlaku bagi
semua manusia.
Plato (5 SM)
Plato
merupakan murid Socrates. Kesan mendalam terhadap gurunya yang meninggal
sebagai hukuman dari Athena, membuat Plato mereflesikan hasil pikirannya
tentang Negara dalam dialog Politeia,
teorinya tentang Negara ini dianggap sebagai karya sentral dari seluruh
pemikiran Plato (K. Bestens, 1975: 162). Salah satu refleksi Plato terhadap
kematian Socrates terungkap dalam teorinya bahwa penguasa Negara haruslah
seorang filsuf.
Ide
merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Bagi sebagian orang, ide
berarti gagawan atau tanggapan yang haya terdapat dalam pemikiran saja,
sehingga ide merupakan sesuatu yang bersifat subjektif belaka. Namun bagi Plato
ide merupakan sesuatu yang sifatnya objektif. Ada ide – ide yang terlepas dari
subjek si pemikir. Ide tidak diciptakan oleh pemikiran kita. Ide tidak
tergantung pada pemikiran, tetapi pemikiranlah yang tergantung pada ide – ide.
Untuk
mengerti jalan pikiran Plato tentang ide – ide, kita dapat memahami lewat ilmu
pasti. Ilmu pasti tidak akan membicarakan gambar – gambar konkrit, suatu grais
tertentu, suatu segi tiga tertentu, atau suatu lingkaran tertentu. Namun, ilmu
pasti berbicara tentang garis, segi tiga, dan lingkaran pada umumnya. Dalil –
dalil yang berlaku pada segi tiga, tidak hanya berlaku pada contoh segi tiga
yang di damabakan saat itu saja, tapi berlaku pada segi tiga lain pada umumnya,
segi tiga yang sempurna, yang ideal. Ada ide segi tida yang ada yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, hanya dapat
ditangkap melalui pengertian.
Dari
pengertiannya tentang ide umum dan ide konkrit, dapat disimpulkan bahwa menurut
Plato realitas sebenarnya terdiri dari dua dunia. Satu dunia mencakup benda –
benda jasmani yang dapat ditangkap oleh panca indera. Pada tahap ini semua
realitas berada dalam perubahan. Contoh: baju yang sekarang dipakai rapid an
bersih, besok sudah lusuh dan korot. Karena itu ada suatu dunia lain, yaitu
dunia ideal, yaitu dunia yang terdiri dari ide – ide. Dalam dunia ideal ini
tidak ada perubahan, dan sifatnya abadi.
Pandanagan
tentang dua dunia ini sebenarnya Plato telah berusahan memperdamaikan pendapat
Herakleitos dan Parmenides, yaitu tentang ada
sifatnya tetap, dan yang menjadi sifatnya
berubah.
Plato
memandang manusia sebagai makhluk yang terpenting di antara sebagal makhluk
yang terdapat di dunia ini. Jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian
manusia, dan jiwa manusia bersifat baka atau kekal. Dalam politeia, jiwa terdiri dari tiga bagian, kata bagian menurut Plato harus dipahami sebagai fungsi, yaitu:
1. Bagian
rasional (to logistikon)
Pada
bagian ini dikaitkan dengan keutamaan kebijaksanaan (shopia).
2. Bagian
keberanian (to thymoides)
Pada
bagian ini dikaitkan dengan kegagahan (andreia).
3. Bagian
keinginan (to epithymetikon)
Pada
bagian ini dikaitkan dnegan keutamaan pengendalian diri (sophosyne)
Untuk
menjaga keseimbangan ketiga fungsi jiwa tersebut diperlukan keadilan (dikaiosyne).
Teori
filsafat Plato tentang Negara merupakan puncak pemikirannya. Manusia menurut
kodratnya merupakan makhluk social, sehingga menurut kodratnmya manusia hidup
dalam polis atau negara. Agar manusia
dapat mencapai hidup yang baik, maka Negara juga harus baik. Ada pengaruh
timbale balik antara hidup yang baik sebagai individu dengan Negara yang baik.
Untuk menyusun Negara yang ideal haruslah berdasar pada:
1. Ekonomis
Masing
– masing orang mempunyai keahlian masing – masing, dan juga tidak semua manusia
mempunyai bakat untuk tugas yang sama.
2. Para
Penjaga
Dalam
suatu Negara harus ada tentara yang professional untuk mempertahankan kekayaan
Negara. Beberaa dari penjaga akan dipilih supaya mereka menjadi pemimpin
Negara.
Mereka
yang paling baik dan paling cakap yang boleh dipilih. Pada usia sampai 30
tahun. Mereka harus mempelajari ilmu pasti. Kemudian diantara mereka yang
terpilih akan dipilih lagi untuk studi filsafat selama 5 tahun. Mereka yang
terpilih akan menunaikan berbagai jabatan Negara selama 15 tahun. Sehingga pada
umur 50 tahun mereka yang cakap dalam hal kemimpinan dapat dipanggil untuk
memerintah Negara. Dengan demikiran, Negara yang ideal akan dipimpin oleh
filsuf.
3. Tiga
golongan
Negara
yang ideal terdiri dari 3 golongan:
a. Penjaga
– penjaga yang sebenarnya adalah filsuf
b. Pembantu
– pembatu atau prajurit – prajurit, tugasnya menjamin keamanan Negara dan
mengawasi supaya para warga Negara tunduk kepada filsuf.
c. Petani,
pedagang dan tukang – tukang yang menjamin kelangsuangan kehidupan ekonomi
suatu negara.
4. Komunismen
dan perkawinan
Kehidupan
Negara akan pincang, apabila ada perbedaan antara golongan kaya dan miskin.
Plato mengingatkan bahwa mereka tidak boleh mempunyai uang atau milik pribadi.
Selain
itu mereka tidak boleh mempunyai keluarga sendiri. Perkawinan hanya
dilaksanakan untuk sementara, dan hanya penguasa Negara yang akan memilih pria
dan wanita yang boleh kawin untuk sementara, dan akan mendapatkan anak yang
baik untuk dididik oleh Negara.
Aristoteles (Yunani Utara - 384 SM)
Sejak
Aristoteles inilah pemikiran – pemikiran filsafat tersusun secara sistematis,
yang dikelompokkan dalam 8 bagian, yaitu:
1. Logika
2. Filsafat
alam
3. Psikologi
4. Biologi
5. Metafisika
6. Etika
7. Politik
dan Ekonomi
8. Retorika
dan Paetika
Beberapa
teori tentang gerak dan penyebab (causa)
terjadinya suatu akan dijelaskan dalam usaha memahami teori – teori
Aristoteles. Teorinya tentang gerak dapat dipahami melalui contoh berikut,
yaitu air dingin menjadi panas. Gerak berlangsung antara dua hal yang
berlawanan anatara panas dan dingin. Namun ada sesuatu hal yang dulunya dingin
kemudian menjadi panas. Dengan demikian ada 3 faktor dalam setiap perubahan,
yaitu:
1. Keadaan
/ cirri yang terdahulu, yaitu dingin.
2. Keadaan
/ cirri yang baru, yaitu panas.
3. Suatu
substratum atau alas yang tetap, yaitu air.
Analisis
tertutup gerak ini ada aktis dan potensi. Gerak menurut Aristoteles adalah
peralihan dari potensi ke aktis, suatu yang potensial menjadi actual.
Dalam
pandangannya tentang penyebab tiap – tiap kejadian, baik kejadian alam maupun
kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebutkan 4 penyebab, yaitu:
1. Penyebab
efisien (efficient cause) yaitu
sumber kejadian, factor yang menjalankan kejadian. Contoh: tukang kayu yang
membuat meja makan.
2. Penyebab
final (final cause) yaitu tujuan yang
menjadi arah seluruh kejadian. Contoh: menja makan dibuat untuk makan.
3. Penyebab
material (material cause) yaitu bahan
dari mana benda tersebut dibuat. Contoh: menja makan dibuat dari kayu.
4. Penyebab
formal (formal cause) yaitu bentuk
yang menyusun bahan. Contoh: bentuk menja ditambah pada kayu, sehingga kayu
menjadi sebuah meja.
Al Kindi (796 – 873 M)
Teorinya
tentang pengetahuan terbagi dalam 2 bagian:
1. Pengetahuan
Ilahi (devince science)
Pengetahuan
langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan.
2. Pengetahuan
manusiawi (human science) pengetahuan
yang didasarkan atas pemikiran.
#3
MAZHAB – MAZHAB FILSAFAT
Pengertian
mazhab menurut kamus bahasa Indonesia berarti:
- Haluan
atau aliran mengenai hukum fikih yang menjadi ikutan umat Islam (dikenal empat
mazhab, yaitu mazhab Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafii), kecenderungan umat
Islam di Indonesia banyak yang menganut mazhab Syafii.
- Golongan
pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran, aliran tertentu di bidang ilmu,
cabang kesenian, dan sebagainya dan yang berusaha untuk memajukan hal itu.
Mazhab
– mazhab yang muncul setelah abad pertengahan:
RASIONALISME
Mazhab
rasionalisme mulai muncul pada abad 17. Rasionalisme berpendapat bahwa sumber
pengetahuan yang dapat mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio atau
akal (Harun Hadiwijono, 1980:18). Hanya pengetahuan yang melalui akal lah yang
memenuhi syarat dan dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya
dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapat oleh akal, dan
sesungguhnya akal tidak memerlukan pengalaman. Metode yang digunakan adalah
metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu
kebenaran yang bersifat umum untuk diterapkan kepada hal – hal yang bersifat
khusus.
Contoh:
semua manusia akan mati. Badu adalah manusia, maka Badu akan mati.
Tokoh
dari rasionalieme adalah RENE DESCARTES (1596 – 1650) yang disebut sebagai
Bapak Filsafat Modern. Pernyataannya yang paling popular adalah cogito ergo sum artinya aku berfikir
maka aku ada. Apa saja yang orang pikirkan, walaupun suatu khayalan, tetapi
manusia yang berpikir itu bukalah khayalan, maka manusia yang berpikir itu ada.
Inilah satu satunya hal yang tidak dapat diragukan keberadaannya. Hal ini yang
disebut sebagai pengetahuan langsung yaitu kebenaran filsafat yang pertama (prium philosophicum).
Menurut
Descartes, manusia mempunyai kebebasan kehendak. Amnesia dapat merealisasikan
kebebasannya dengan mengendalikan hawa nafsunya, karena kebebasan adalah cirri
khas kesadaran manusia yang berpikir.
EMPIRISME
Mazhab
ini muncul sezaman dengan rasionalisme yaitu abad 17. Mazhab ini merupakan
kebalikan dari rasionalisme dan berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah
yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman
batiniah.
Metode
yang dipakai adalah metode induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil
kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada
hal – hal yang bersifat umum.
Orang
pertama yang mengikuti mazhab ini adalah THOMAS HOBBES (1588 – 1679). Bagi
Thomas filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, sebab
filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek – efek atau akibat –
akibat, atau tentang penampakan – penampakan seperti yang kita peroleh dengan
merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab – sebabnya
atau asalnya. Sasaran filsafat adalah fakta – fakta yang diamati, dengan maksud
untuk mencari sebab – sebabnya. Sedangkan alat yang dipakai adalah pengerian –
pengeritan yang diungkapkan dalam kata – kata yang menggambarkan fakta – fakta
tersebut (Harun Hadiwijono, 1980:32). Pengalaman adalah awal dari semua
pengetahuan. Hanya pengalamanlah yang member jaminan akan kepastian.
Sedangkan
KOHN LOCKE (1632 – 1740) adalah penerus tradisi empiris. Pada masa Locke ini
untuk pertama kalinya metode empiris diterangkan kepada persolan – persoalan
tentang pengenalan atau pengetahuan. Locke menentang teori rasionalisme
mengenai ide – ide dan asas – asas pertama sebagai bawaan manusia. Menurut
Locke pengetahuan didapatkan dari pengalaman, dan akal adalah pasif pada saat
pengetahuan didapatkan. Rasio manusia mula – mula harus dianggap sebagai kertas
putih yang kosong as a white paper,
kertas kosong tersebut baru terisi melalui pengalaman.
Ada
dua macam pengalaman, yaitu pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah. Kedua
macam pengalaman ini saling berhubungan. Pengalaman lahiriah menghasilkan
gejala – gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengalaman batiniah. Dengan
demikian mengenal adalah identik dengan mengenal secara sadar.
Berdasarkan
asas – asas teori pengenalan tersebut maka dalam etikanya Locke menolak adanya
pengertian kesusilaan yang telah menjadi bawaan tabiat manusia. Sedangkan yang
manjadi tabiat bawaan manusia hanyalah kecenderungan – kecenderungan yang
menguasai perbuatan manusia. Semua kecenderungan dapat dikembalikan kepada
usaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Tentang bagiamana kita harus berbuat
diajarkan oleh pengalaman.
IDEALISME
Kata
idealism pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz pada awal abad
18. Istilah idealism digunakan dnegan maksud untuk menerapkan pemikiran Plato.
Idealism berpendapat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis, dan
materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada.
LEIBNIS
(1646 – 1716) berusaha menjembatani pertentangan antara rasionalisme dan empirisme,
walaupun tidak memberikan suatu sistem untuk memadukannya. Leibniz mendasarkan
filsafatnya atas pengertian substansi, yaitu sesuatu yang tanpanya sesuatu yang
lain tidak akan ada. Substansi berasal dari bahasa latin substansia yang berarti bahan, hakikat atau zat.
Menurut
Leibniz, ada banayak sekali substansi, begitu banyaknya sehingga tidak
terhitung jumlahnya. Tiap substansi disebut monade,
yang bersifat tunggal dan tidak dapat dibagi – bagi. Monade tidak dapat dihasilkan secara alamiah dan tidak data
dibinakan. Adanya semata – mata karena penciptaan dan berlangsung selama Allah
mempernankannya (Harun Hadiwijono, 1980: 40).
Idealisme
di Jerman memuncak pada masa GEORGE WILHELM FRIDERCH HEGEL (1770 – 1831)
(Bertens, 1979:68). Yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam
alam, dengan maksud agar dapat sara akan dirinya sendiri. Hakikat roh adalah
ide atau pikiran. Pernyataan Hegel yang terkenal adalah semuanya yang real bersifat rasional dan semuanya yang rasional bersifat
real. Maksudnya adalah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas.
Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (atau ide menurut istilah yang
dipakai Hegel) yang memikirkan dirinya sendiri.
Filsafat
Hegel menggunakan metode dialektik, yaitu suatu metode yang mengasahakan
kompromi natara beberapa pendapat atau keadaan yang beralawanan satu sama lain.
Proses dialektik terdiri atas tiga fase, fase pertama disebut tesa, yang dilawan dengan fase kedua
yang disebut antitesa. Kemudian ada
fase ketiga yang disebut sintesa yang
memperdamaikan fase pertama dan fase kedua. Dalam sintesa tersebut tesa dan
antitesa menjadi aufgehoben berarti
dicabut, ditiadakan, tidak berlaku lagi. Istilah tersebut dimaksudkan akarena
adanya sintesa maka tesa dan antitesa sudah tidak ada lagi, sudah lewat. Arti
yang lain adalah diangkat, tesa
maupun antitesa mendapat eksistensi baru. Kebenaran yang ada dalam tesa dan
antitesa tetap disimpan dalam sintesa, tetapi dalam bentuk yang lebih sempurna.
Proses dialektik akan berlangsung terus – menerus, dan sintesa yang dihasilkan
akan menjadi tesa baru dan seterusnya.
Contoh:
- Tesa : Bentuk Negara dictator; hidup kemasyarakatan diatur dnegan baik
tetapi warga Negara tidak mempunyai kebebasan apapun.
- Antitesa :
bentuk Negara anarki: para warga Negara mempunyai kebebasan tanpa batas, tetapi
hidup kemasyarakatan menjadi kacau.
- Sintesa :
bentuk Negara demokrasi konstitusional: kebebasan para warga Negara dijamin dan
dibatasi oleh undang – undangan dasar dan hidup kemasyarakatan berjalan dengan
memuaskan.
POSITIVISME
Mazhab
ini berkembang pada abad ke 19. Positivism berpendirian bahwa pemikiran
filsafat berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual, yang positif,
sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Pengetahuan kita tidak boleh
melewati fakta – fakta, dengan demikian ilmu pengetahuan empiris diangkat
menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan
empirismen, yaitu positivism hanya membatasi pada pengalaman – pengalaman
objektif, yang tampak, tetapi empirismen menerima pengalaman – pengalaman
batiniah atau pengalaman subjektif.
Tokoh
positivism adalah AUGUST COMTE (1798 – 1857). Menurut Comte, perkembangan
pemikiran manusia, baik manusia sebagai pribadi maupun manusia secara
keseluruhan meliputi tiga zaman (Bertens, 1979:73), yaitu:
- Zaman
teologis; pada zaman ini manusia
percaya bahwa di belakang gejala – gejala alam terdapat kuasa – kuasa
adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala – gejala tersebut.
- Zaman
metafisis, kuasa – kuasa adikodrati
diganti dnegan konsep – konsep dan prinsip – prinsip yang abstrak, seperti kodrat dan penyebab.
- Zaman
positif, pada zaman ini manusia tidak
mencari penyebab – penyebab yang terdapat di belakang fakta – fakta. Dengan
menggunakan rasionya manusia berusaha menetapkan relasi – relasi persamaan atau
urutan yang terdapat antara fakta – fakta. Pada zaman inimulai dihasilkan ilmu
pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.
PRAGMATISME
Mazhab
yang muncul pada awal abad 20 ini mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dnegan membawa akibat yang bermanfaat secara
praktis. Pedoman pragmatism adalah logikan pengamatan. Pragmatism bersedia
menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis. Pengalaman –
pengalaman pribadi diterima asalkan bermanfaat, bahkan kebenaran mistis
dipandang sebagai kebenaran yang diterima asalkan membawa akibat praktis yang
bermanfaat (Harun Hadiwijono, 1980:130).
Salah
satu tokoh pragmatism adalah JOHN DEWEY (1859 – 1952). Menurut Dewey tugas
filsafat adalah memberikan garis – garis pengarahan bagi perbuatan dalam
kenyataan hidup. Pleh karena itu filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran
– pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada
pengalaman (experience) dan
menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara aktif krisis.
FENOMENOLOGI
Fenomenologi
adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau segala sesuatu yang
menampkkan diri. Fenomena bukablah hal yang nyata, tetapi hal yang semu. Suatu
fenomena tidak perlu harus diamati dengan indera, sebab fenomena juga dapat
dilihat atau ditilik secara rohani, tanpa melewati indera.
Pelopor
filsafat fenomenologi adalah EDMUND HUSSERL (1859 – 1938). Menurut Husserl,
hukum – hukum logika yang member kepastian, yang berlaku, tidak mungkin
bersifat a poterotori, sebagai hasil pengalaman, tetapi bersifat a priori.
EKSISTENSIALISME
Eksistensi
dalam filsafat eksistensialisme berarti cara manusia berada di dalam dunia.
Cara berada manusia berbeda dengan beradanya benda – benda. Benda – benda
berada dengan tidak sadar tanpa hubungan. Sedangkan manusia berada di dunia
justru berhubungan dengan sesame manusia dan berhubungan dengan benda – benda.
Benda – benda berarti karena beradanya manusia. Untuk membedakan dua cara
berada dalam eksistensialisme adalah dengan dua kata yang berbeda, untuk benda
berada, sedang mansusia bereksistensi.
Eksistensialieme
menjadi tersebar luas karena pemikiran JEAN PAULSARTRE (1905 – 1980). Dalam
bukunya yang terkenal L etre et leneant atau
Keberadaan dan Ketiadaan (1943), Sartre membagi ada atau berada (L etre)
menjadi dua macam, yaitu:
- L
etre – en – soi (berada – dalam – diri)
- L
etre – pour – soi (ber – ada – untuk – diri)
(Harun
Hadiwijono, 1980:157)
Yang
dimaksud dengan berada – dalam – diri
adalah berada dalam dirinya, berada itu sendiri. Filsafat berpangkal dari
realitas yang ada, sebab realitas yang ada itulah yang kita hadapi, kita
tangkap dan kita mengerti.
Sedangkan
yang dimaksud dengan berada – untuk –
diri adalah berada yang dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada
manusia. Manusia mempunyai hubungan dengan keberadaannya, ia bertanggungjawab
atas fakta bahwa ia ada. Kesadaran manusia bukanlah kesadaran akan dirinya, melainkan
kesadaran diri.
FILSAFAT KOMUNIKASI: KAJIAN AWAL
KOMUNIKASI SEBAGAI KEGIATAN ILMIAH
A.
PENGERTIAN
KOMUNIKASI
Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Inggris disebut communication berasal dari bahasa Latin communication dan berasal dari kata communis yang artinya sama. Sama disini adalah sama makna. Antara
pemberi pesan dan penerima pesan pada akhirnya mempunyai persamaan makna.
Laswell
menyebutkan ada lima komponen dalam komunikasi, diantaranya sebagai berikut:
1. Communicator
(komunikator)
2. Message
(pesan)
3. Channel
(media)
4. Receiver
(komunikan/penerima)
5. Effect
(timbale balik)
Adapun
fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah:
1. The surveillance of the environment
(pengamatan lingkungan)
2. The correlation of the parts of society
in responding to the environment (korelasi kelompok –
kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan)
3. The transmission of the social heritage
from one generation to the next (transmissi warisan social
dari generasi yang satu ke generasi yang lain)
B.
KOMUNIKASI
SEBAGAI ILMU
Syarat
– syarat agar sebuah pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu adalah:
1. Mempunyai
objek tertentu
2. Bersifat
sistematis
3. Berlaku
umum
4. Mempunyai
metode tertentu
Komunikasi
sendiri dapat memenuhi syarat sebagai ilmu berdasarkan hal yang di bawa ini:
1. Mempunyai
objek tertentu
Objek
material ilmu komunikasi adalah perilaku manusia termasuk di dalamnya perilaku
individu.
2. Sistematis
Sistematis
berarti menurut suatu sistem tertentu. Kumpulan hal – hal yaitu komunikator,
pesan, media, komunikan, dan efek merupakan satu keseluruhan yang saling
terkait.
3. Universal
Komunikasi
bersifat universal karena komunikasi memang sangat diperlukan bagi kepentingan
manusia dan masyarakat.
4. Metode
Sebagai
ilmu social yang lain, komunikasi menggunakan metode penelitian social.
Ilmu
komunikasi dalam pengelompokan ilmu termasuk dalam kelompok ilmu social dengan
kategori ilmu terapan. Penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya (Effendy,
1993:52) sebagai berikut:
1. Bidang
Komunikasi
a. Komunikasi
social
b. Komunikasi
organisasi social/manajemen
c. Komunikasi
bisnis
d. Komunikasi
politik
e. Komunikasi
internasional
f. Komunikasi
antar budaya
g. Komunikasi
pembangunan
h. Komunikasi
tradisional
2. Sifat
komunikasi
a. Komunikasi
verbal (lisan dan tulisan)
b. Komunikasi
nirverbal (kial, gambar, dan lain – lain)
c. Komunikasi
tatap muka
d. Komunikasi
bermedia
3. Tatanan
komunikasi (berdasarkan jumlah komunikan)
a. Komunikasi
pribadi (intrapribadi dan antarpribadi)
b. Komunikasi
kelompok
1. Komunnikasi
kelompok kecil (ceramah, forum, diskusi panel, seminar, curah saran, lain –
lain)
2. Komunikasi
kelompok besar
c. Komunikasi
media massa
1. Komunikasi
media massa cetak (koran, majalah)
2. Komunikasi
media massa elektronik (radio, televise, film, lain – lain)
d. Komunikasi
media (surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk, dan lain – lain)
4. Tujuan
Komunikasi
a. Mengubah
sikap
b. Mengubah
opini
c. Mengubah
perilaku
d. Mengubah
masyarakat
5. Fungsi
Komunikasi
a. Menginformasikan
b. Mendidik
c. Menghibur
d. Mempengaruhi
6. Teknik
Komunikasi
a. Komunikasi
informative
b. Komunikasi
persuasive
c. Komunikasi
pervasive
d. Komunikasi
koersif
e. Komunikasi
instruktif
f. Hubungan
manusiawi
7. Metode
Komunikasi
1) Jurnalisme
2) Hubungan
masyarakat
3) Periklanan
4) Propaganda
5) Perang
urat syaraf
6) Perpustakaan
7) Dan
lain – lain
Komentar
Posting Komentar